Liputan15.com,Minut – Dosen Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta, Ryan Rahmat Nugraha, MPH., dan tim, menggelar Forum Group Discussion (FGD) bersama Warga Desa Nain dan para tenaga kesehtan yang di kepulauan.

Ryan mengungkapkan tujuannya dan tim mengadakan FGD bersama warga kepulauan dan para tenaga medis.

“Kenapa kami melakukan FGD ini? Ini adalah proses rangkaian ilmiah, jadi kita kalau mau buat regulasi harus dibuktikan dan didukung oleh data ilmiah berupa pesan-pesan kuantitatif ini,” Ryan menjelaskan.

Lanjut dia, kenapa kita membuat FGD bersama masyarakat hukum adat, karena memang tujuan kita adalah untuk membuat rancangan Menteri Kesehatan, khusus pelayanan kesehatan di Daerah Terpencil Perbatasan Kepulauan (DTPK), salah satu komponennya adalah pelayanan kesehatan untuk masyarakat hukum adat.

Perwakilan dari Kementrian Kesehatan ini juga menggali lebih dalam terkait praktek-praktek kesehatan apa yang terjadi terjadi di lingkungan masyarakat adat di Desa Nain.

“Di sini saya baru belajar juga ternyata di Desa ini, ada penyakit di dapat dari melaut dan ada juga penyakit yang di dapat di darat (Penyakit secara mistis), itu kan hal yang sebenarnya tidak dijelaskan secara medis tapi dipercaya oleh masyarakat sini,” jelas Ryan.

Ryan menemukan suatu permasalahan dan isu menarik di Desa Nain. Dimana, ada penyakit yang harus diselesaikan terlebih dahulu secara adat baru bisa ditangani secara medis.

“Kalau misalnya di adat, mereka akan menyelesaikan secara adat terlebih dahulu, padahal ada yang seharusnya dilakukan tindakan secara medis terlebih dahulu,” jelasnya lagi.

Melihat keunikan adat Desa Nain tentang kesehatan, Ryan mengungkapkan, hal seperti ini harus dilihat secara dalam, kondisi-kondisi atau syariat pelayanan kesehatan secara adat itu memang sama sekali tidak boleh, harus langsung mengambil tindakan medis.

“Contoh kehamilan dengan resiko tinggi, karena apa, nanti biasanya, pasien-pasien yang ada di pulau Nain lama ditangani oleh adat padahal sudah komplikasi pada saat dirujuk meninggal di jalan, padahal sebenarnya bisa save time atau menghemat waktu kita bisa langsung ke pusat rujukan,” tutur Ryan.

Dikatakan Ryan, ia memiliki tim kerja, di dalam tim kerja itu ada konsorsium yang terdiri dari UGM, Menteri kesehatan dan stakeholder lainnya.

“Tujuan FGD ini sebenarnya kami mengumpulkan data berdasarkan kuantitatif, ekperience dan anekdot-anekdot dari masyarakat adat,” jelas Ryan yang juga sebagai peneliti di UGM tentang kebinakan pembiayaan dan manjemen asuransi.

Menurut Ryan, pihaknya akan membuat peraturan berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Pelaksanaan (Juknis).

“Kita akan benar-benar pisahkan, mana kondisi yang memang bisa diselesaikan secara hukum adat, dan ada yang memang tidak bisa diselesaikan secara hukum adat untuk penanganan kesehatan,” pungkasnya.

Ryan berharap kedepan, hal seperti ini bisa disosialisasikan kepada masyarakat.

Kedatangan Ryan bersama tim disambut antusian oleh warga Desa Nain. Mereka (Warga) bahkan menyediakan makan dan minum khas dari Desa Nain.

Kepala Puskesmas Tinongko, dr. Harold Sepang bersama jajaran puskesmas turut mendampingi Ryan dan tim selama melakukan 2 hari perjalanan di Kepulauan. (***)