LIPUTAN15.COM–Potensi yang besar akan demand komoditas jahe gajah asal Pacitan, Jawa Timur menjadikan Kabupaten ini menjadi salah satu Desa Devisa LPEI yang baru-baru ini diresmikan pada tanggal 24 Agustus 2023 yang lalu oleh Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji.
Program ini merupakan kolaborasi lintas kementerian dan lembaga antara Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/ Indonesia Eximbank bersama KemenkeuSatu (DJKN, DJBC, DJP, PKN STAN, DJPK) dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Desa Devisa Jahe Gajah Pacitan ini menaungi hampir 11.100 orang petani yang berasal dari 36 desa di beberapa kawasan yaitu Kecamatan Kebonagung, Pacitan, Arjosari, Punung, Bandar, Tegalombo, Nawangan, Tulakan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Dalam pengembangan Desa Devisa Jahe Gajah Pacitan, LPEI bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) yang merupakan lembaga pendamping sekaligus penjamin hasil panen para petani dari Desa Devisa Jahe Gajah Pacitan.
Berdasarkan data statistik BPS, jahe dikelompokan dalam HS-Code 0910 Jahe, Kunyit, Rempah Lainnya dengan perkembangan lima tahun terakhir (tahun 2018-2022) secara rata-rata majemuk mengalami penurunan 5,05% pertahunnya. Namun di tahun 2022 nilai dan volume jahe asal Indonesia ini mencapai USD18,87 juta dan 18,75 ribu ton atau naik di level 8,51% yoy dan 22,73% yoy. Bahkan data statistik menunjukan perkembangan ekspor Indonesia untuk komoditas ini mengalami peningkatan di semester I tahun 2023 periode Jan-Jun dibandingkan periode yang sama ditahun 2022 yaitu nilai ekspor mencapai USD21,76 juta (meningkat 218,48% yoy dibandingkan Januari-Juni 2022: USD6,83 juta).
Data tahun 2022 menunjukan lima negara tujuan utama ekspor jahe, kunyit, rempah lainnya (HS-0910) asal Indonesia di tahun 2022 adalah India (45,64%), Malaysia (11,73%), Bangladesh (6,14%), Jepang (4,67%), dan Singapura (3,48%). Untuk negara pengekspor terbesar dunia masih ditempati oleh India dengan porsi 19,10%, Tiongkok (15,80%), Belanda (8,34%), Turki (4,71%), dan Spanyol (4,33%) sedangkan Indonesia menempati urutan ke-24. Sedangkan negara pengimpor terbersa dunia untuk kategori ini adalah Amerika Serikat (porsi 13,66%), Jerman (6,70%), Belanda (5,92%), Jepang (5,05%), dan Inggris (4,52%).
Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji mengatakan, “Kami terus berupaya untuk mendorong produk-produk lainnya agar bisa segera menyusul seperti produk Jahe Gajah dan Gula Aren, pada kesempatan ini saya juga mengajak para pelaku UKM Pacitan untuk terus berinovasi meningkatkan kuantitas dan kualitas produk serta mengikuti program yang diadakan Pemerintah dalah hal ini kami juga mengucapkan Terima kasih kepada LPEI yang telah berkontribusi dalam meningkatkan pelaku usaha, petani di Pacitan khususnya yang berorientasi ekspor.”
Melihat besarnya potensi ekspor untuk komoditas jahe, melalui Program Desa Devisa Jahe Gajah Pacitan, LPEI akan memberikan serangkaian pelatihan dan pendampingan kepada para petani melalui Bumdes dengan melibatkan para narasumber yang kompeten di bidangnya. Program pelatihan yang terintegrasi ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan para petani baik dari aspek produksi, manajemen maupun tata cara ekspor dan diharapkan dapat meningkat kapasitas produksi maupun kualitas komoditasnya, sehingga mampu meningkatkan daya saing produk di pasar global.
Kepala Divisi Jasa Konsultasi LPEI, Sofyan Irianto Naibaho mengatakan bahwa Program Desa Devisa dirancang untuk memberikan pendampingan yang komprehensif dan berkelanjutan. “Bentuk pendampingan diberikan untuk penguatan kelembagaan, pendampingan manajemen ekspor dan akses pasar hingga peningkatan kapasitas produksi serta bantuan alat produksi. Jadi apabila dinilai menjadi bankable tidak menutup kemungkinan juga bisa mendapatkan akses pembiayaan,” ujar Sofyan.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan