LIPUTAN15.COM,MANADO-Sikap Negarawan dan berjiwa besar ditunjukkan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Sulawesi Utara (Sulut), Steven Kandouw.

Hal tersebut terkait dengan orasi yang disampaikan Steven Kandouw di Taman Cita Waya Langowan yang menyentil tentang pembangunan patung Schwarz yang sempat menuai kecaman di kalangan masyarakat.

“Dua hari berselang ini, menyikapi hiruk pikuk di medsos tentang pelaksanaan  kampanye pada  Sabtu (13/1/2024), di mana saya menyampaikan orasi, dari lubuk hati yang paling dalam, saya menyampaikan permohonan maaf kepada sahabat, saudara di Langowan termasuk Pak Prabowo Subianto, juga keluarga besar Sigar Maengkom, bahwa saya menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya,” ungkap Kandouw di kantor PDI Perjuangan Rike, Senin (15/01) 2024).

Kandouw juga mengatakan, apabila ada kata-kata yang salah yang telah diucapkan, mohon agar dimaafkan.

“Apabila ada kata kata saya yang menyinggung, yang membuat tidak nyaman dan telah menyakiti hati, saya menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya,” ungkapnya lagi.

Sebagai seorang pejabat publik, khususnya menyambut pelaksanaan tahun Pemilu 2024, sejatinya harus menciptakan suasana yang aman dan kondusif.

“Walaupun berbeda pilihan politik, berbeda pilihan calon presiden dan wakil presiden, harus menciptakan kedamaian dan harmoni menjadi sesuatu yang prioritas,” katanya.

Pesta demokrasi di Sulut, sambung Kandouw harus menjadi demokrasi yang riang gembira. Pesta demokrasi yang memberikan sosialisasi, pencerahan dan pendidikan politik bagi kita semua, khususnya bagi generasi muda.

“Sekali lagi saya Steven OE Kandouw menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya,” tandas Kandouw.

Sementara itu, Sekretaris DPD PDI Perjuangan, Reza Rumambi, yang mendampingi Kandouw, menambahkan pesta demokrasi di Sulut, dapat berjalan dengan santun.

“Kepada peserta pesta demokrasi, saya mengimbau kepada seluruh kontestasi dan tim yang lain, mari kita jaga dengan santun, karena kita semua adalah keluarga besar Sulut. Beda politik beda pilihan itu biasa, berpolitik itu realistis,” pungkasnya.