LIPUTAN15.COM,MANADO-Kelapa Sulut harus bangkit. Hal ini ditegaskan Julius Jems Tuuk, Presdir LSM Peduli Petani, Peternak, Nelayan Sulut ketika diwawancarai usai Focus Group Discussion (FGD) di BRMP Palma Kementan RI Sulawesi Utara, Jumat (25/07).

Tuuk menjelaskan, kelapa adalah komoditas pertanian penting di Indonesia, termasuk Sulawesi Utara. “Kelapa di Sulawesi Utara harus bangkit lagi. Apalagi, kehilangan Rp 7 Triliun per tahun akibat lahan kosong tidak ditanami,” katanya.

Karena daerah kita adalah daerah nyiur melambai, Tuuk menyoroti fenomena penebangan kelapa terjadi di Sulawesi Utara. Andaikan kelapa ditanam lagi dan berbuah, pastikan ada keuntungan.
Akibat penebangan ini karena putusnya mata rantai dengan pemerintah sebagai pemegang regulasi.

“Ini yang ditangkap pak Gubernur Yulius Selvanus. Kejayaan kelapa di Sulut harus dihidupkan kembali. Ini menjadi komitmen pak Gubernur,” kata Tuuk, ketua Panpel FGD.

Tuuk pun memutar otak. Membahas persoalan kelapa Sulawesi Utara bersama para stakeholder. Melalui FGD, duduk bersama untuk mencarikan solusi

“Kita mulai dari data. Ada persoalan yaitu 107.000 hektar lahan tidur dan lahan yang perlu diremajakan di Sulawesi Utara,” katanya.

Jika perlu diremajakan, lanjut Tuuk, tentunya persiapan banyaknya bibit yang diperlukan. Sulut ternyata butuh 11 juta bibit untuk 107 hektare lahan. “Di Sulut, menurut Plt Kadis Perkebunan Ronald Sorongan, ketersediaan bibit hanya 18 ribu per tahun. Itu masih kurang,” kata Tuuk.

Fenomena turunnya buah kelapa membuat pengusaha terpukul. Menurut Tuuk, Pelaku usaha kekurangan bahan baku, disisi lain masyarakat tidak ada pemasukan.

Tuuk berharap adanya ketersediaan bibit menjadi solusi kebangkitan komoditas kelapa di Sulawesi Utara. Jika ketersediaan Rp350 miliar untuk mendapatkan bibit dalam 5 tahun terakhir, paling tidak kejayaan kelapa hidup kembali di Sulawesi Utara.

Sejatinya, kejayaan itu ada nilai baliknya. Bisa menyentuh Rp4 triliun. Tentunya, nyiur melambai Sulut akan melambai lagi. Karena itu, Tuuk meminta Dinas perkebunan Sulut gerak cepat berkoordinasi dengan kabupaten kota untuk mendapatkan data lahan di kabupaten kota.

“Setelah lahan terdata, kemudian dihimbau melakukan pembentukan kelompok tani. Agar supaya bantuan bibit kelapa langsung turun ke kelompok tani tidak lagi ke dinas,” ujar Tuuk.

Sementara itu, Perwakilan PT Royal Coconut, Ir Lucky Kioloy menyambut baik adanya FGD untuk membahas pertumbuhan kelapa.

“Dari sisi perusahan pastinya menyambut baik pembahasan perkelapaan di Sulawesi Utara. Jika kelapa survive lagi, ekonomi bisa bertumbuh,” pungkasnya.

Dalam FGD hadir Plt Kadis Perkebunan Sulut, Ir Ronald Sorongan, Perwakilan PT Royal Coconut, Ir Lucky Kioloy, Sekretaris Apeksi Sulut, Edwin Monding, dan Kepala BRMP Palma Kementan RI di Sulawesi Utara, Dr Steivie Karouw STP MSc.(ite)