LIPUTAN15–Mata uang Indonesia terus menguat di pasaran global. Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.382 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot sore ini, Kamis (29/11). Posisi ini menguat 146 poin atau 1,01 persen dari kemarin sore di Rp14 .529 per dolar AS.
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.408 per dolar AS atau menguat dari kemarin di Rp14.535 per dolar AS.
Di kawasan Asia, rupiah menjadi mata uang nomor dua yang menguat tinggi terhadap dolar AS. Penguatan tertinggi dirasakan oleh rupee India dengan menguat hingga 1,08 persen.
Setelah itu, won Korea Selatan menguat 0,64 persen, ringgit Malaysia 0,4 persen, yen Jepang 0,35 persen, peso Filipina 0,21 persen, dolar Singapura 0,14 persen, renminbi China 0,11 persen, dan dolar Hong Kong 0,04 persen.
Lihat juga: Pertamina Alokasikan Belanja Modal Rp82 T di Tahun Depan
Di antara mata uang Asia, hanya baht Thailand yang melemah 0,15 persen dari mata uang Negeri Paman Sam.
Sebaliknya, mata uang utama negara maju justru bergerak variasi. Rubel Rusia menguat 0,85 persen, dolar Australia 0,25 persen, dan euro Eropa 0,07 persen. Namun, poundsterling Inggris melemah 0,35 persen, dolar Kanada minus 0,09 persen, dan franc Swiss minus 0,07 persen.
Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi mengatakan perkasanya nilai tukar rupiah hari ini ditopang oleh sinyal redanya keagresifan (dovish) bank sentral AS, The Federal Reserve untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan ke depan.
The Fed, katanya, mungkin akan tetap mengerek bunga acuannya pada Desember besok. Namun, kenaikan bunga acuan pada tahun depan diperkirakan tidak sebanyak ekspektasi awal sebanyak tiga kali.
“Gubernur The Fed Jerome Powell bilang kalau tingkat suku bunga AS sudah ‘netral’, ini mengindikasikan kalau The Fed tidak akan seagresif ekspektasi sebelumnya. Mungkin tahun depan hanya satu kali,” kata, Kamis Dilansir CNNIndonesia.com.
Lebih lanjut, sentimen ini langsung menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Namun, pergerakan rupiah pada pekan ini ditentukan oleh pengumuman hasil pertemuan The Fed yang akan digelar pada dini hari nanti.
Selain faktor The Fed, rupiah juga menguat karena sentimen dari dalam negeri berupa kenaikan tingkat suku bunga BI pada
pertengahan November lalu justru dianggap tepat. “Kebijakan ini cukup menarik minat investor, kondisi fundamental ekonomi juga terjaga,” pungkasnya. (end)
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan