Performa Inggris pada awal Euro 2020 sebenarnya tidak sesuai ekspektasi mengacu materi pemain yang mereka miliki. Melawan Kroasia, Inggris hanya sedikit beruntung setelah Raheem Sterling mencetak gol semata wayang.

Kekhawatiran publik soal penampilan Inggris yang belum matang makin terbukti usai diimbangi Skotlandia tanpa gol pada laga kedua di Grup D.

Setelah melawan Skotlandia, peluang Inggris bertahan atau tersingkir di Euro 2020 persentasenya sama-sama 50 persen. Jika kalah melawan Republik Ceko di laga terakhir, mereka bisa di posisi tiga besar dan menghitung peluang bersama peringkat tiga dari grup lain.

Meski akhirnya menang atas Ceko dan lolos sebagai juara grup, tanda-tanda Inggris bakal tetap ‘tertidur’ di turnamen besar tetap membayangi. Apalagi, Inggris lolos hanya dengan mencetak dua gol walau pertahanan mereka tergolong solid karena belum kebobolan.

Sejak juara Piala Dunia 1966, Inggris memang belum pernah lagi mengangkat trofi. Padahal, dalam setiap kejuaraan, Inggris selalu dianggap memiliki materi yang mumpuni dan layak menjadi kampiun.

Hanya saja, nasib di lapangan ketika turnamen digelar berkata lain. Inggris tetap Singa yang masih lelap dengan mimpi-mimpinya.

Bahkan, pada Euro 1996 ketika menjadi tuan rumah, Inggris juga tidak bisa berbuat banyak. Mereka kalah adu penalti dari Jerman di Wembley. Penyebab kekalahan itu adalah Gareth Southgate, pelatih timnas Inggris saat ini setelah penaltinya ditepis Andreas Kopke.