Menurut Dirut Panelewen, setiap mahasiswa harus mempersiapkan diri secara matang, agar nantinya bisa menjawab tantangan dan berkompetisi sesuai dengan kompetensi dari mahasiswa.

“Namun memang untuk pengembangannya sedikit tertahan karena diakibatkan pandemi Covid-19,” ungkapnya.

Dikatakan juga dalam konteks layanan publik terhadap masyarakat bahwa unsur softskill itu menjadi unsur yang sangat penting, karena walaupun kita pintar tetapi jika kita tidak mampu menjalin komunikasi dengan baik kepada pasien dan keluarganya, maka anda akan ditinggalkan.

“Karena diera digitalisasi yang berkembang sangat cepat saat ini ada beberapa tindakan yang sudah mulai dilakukan dengan menggunakan tenaga robot, dan bahkan tenaga robot lebih cepat dari manusia, tetapi bukan berarti hal ini menjadi alasan untuk bisa menggeserkan atau menggantikan yang namanya profesi sebagai dokter, atau perawat karena sebagai manusia tetap harus ada kontak psikologis antara dokter, perawat dan juga pasien yang tidak dimiliki oleh tenaga robot kesehatan,” ungkapnya.

Oleh karena itu, Dirut Panelewen terus menegaskan agar semua mahasiswa harus melengkapi diri dengan softskill yang tentunya harus didasari pada keinginan yang sangat kuat dari dalam diri kita masing-masing.

“Harus memiliki komunikasi yang baik serta kontak psikologis dengan pasien, kemudian juga punya empati dan simpati terhadap pasien dan keluarga pasien,” ujarnya.