“TNI adalah tentara rakyat. Masa TNI mengambil anak kepala suku dan memperlakukannya sebagai ‘gundik’, dan diketahui oleh seluruh suku tersebut,” katanya.

Tragedi berdarah itu dipastikan karena suku asal si perempuan yang dijadikan sebagai gundik merasa sakit hati dan dendam. Termasuk juga perempuan yang dijadikan gundiknya. Sikap arogan sang perwira kemudian mengakibatkan bencana bagi anak buahnya.

“Rasa sakit hati, rasa dendam pasti yang terjadi. Sikap arogan yang disebut ‘adidang, adigung, adiguna’ ini justru yang mengakibatkan bencana bagi anak buahnya,” katanya. 

Terungkap pula, selama operasi dan membawa anak kepala suku bersamanya, perwira itu tidak melakukan pengamanan untuk mengantisipasi kejadian yang tak diinginkan. Si anak kepala suku bebas masuk keluar camp. 

“Pasti anak kepala suku itu dapat menceritakan pada orang tuanya di mana letak pertahanan-pertahanan pasukan. Jalan masuk paling baik lewat mana. Jam berapa yang paling lengah, dan sebagainya,” kata Prabowo. 

Menurut Prabowo, perbuatan pemimpin pasukan di daerah operasi TNI itu contoh kekeliruan leadership lapangan yang sangat fatal, yang membawa akibat sangat fatal.