LIPUTAN15.COM,MINUT- Tiap daerah memiliki budaya dan adatnya masing-masing. Memiliki makna yang sangat penting, suatu kebudayaan dalam pelestariannya pasti terjaga dan terus dilakukan ritual adatnya.
Desa Dimembe kecamatan Dimembe adalah salah satu desa di Kabupaten Minahasa Utara (Minut) yang terkenal akan peletarian budayanya.
Setiap pergantian tahun, prosesi ritual adat untuk menolak sesatu yang buruk gencar dilaksanakan. Selasa (17/1/2023) giat ini digelar di Kantor Kumtua Desa Dimembe.
Disebut dengan bahasa daerah ” Dumia Umbanua” ini merupakan ritual adat Tonsea Minahasa.
Hukum Tua Desa Dimembe Paulus menjelaskan, ritual adat ini rutin dilakuan tiap tahun.
“Sudah menjadi trdisi dan budaya disini, setiap tahun ritual ini dilakukan.” Katanya.
Melibatkan para tua-tua kampung, ritual dilakukan dengan inti permohonan yang berkomunikasi dengan tua-tua pendahulu dengan cara melakukan ritual di Pekuburan.
Menurut Kumtua, memang kelihatannya hal ini bertetantangan dengan prinsip keagamaan. Tetapi tujuan dari ritual adalah demi kehdupan masyarakat desa.
” Jika kita melihat mungkin ini agak bertentangan dengan prinsip agama. Namun saat mendalami arti dan tujuannya, kita paham betul setiap permohonan doa yang disampaikan tua-tua arahnya meminta perlindungan dari Yang Maha Kuasa, untuk senantiasa menjauhkan desa Dimembe dari segala penyakit, dan hal buruk lainnya.” Tutur Paulus.
Sementara dalam sambutan gubernur yang disampaikan oleh Kadis Pemberdayaan Masyarakat Desa PMD) Sulut DR Jemmy Kumendong, menyampaikan apresiasi serta mendorong masyarakat desa Dimembe dalam pelestarian Dumia Umbanua ini.
Senada disampaian Kadis Pariwisata kabupaten Minut.
” Pelestarian budaya adalah bagian penting dari kehidupan masyarakat. Apa yang sudah dilakukan, tentunya kami dari pemerintah kabupaten sangat mengapresiasi. Sangat diharapkan, dalam setiap kebudayaan yang kita lestarikan, akan ada kearifan lokal yang nantinya akan membawa dampak positif bagi kita semua.Mari bersama kita lestarikan trus budaya di tanahTonsea ini, sambil mempererat ikatan persaudaraan, menjalin persatuan diantara masyarakat, serta selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap rencana kehidupan kita.” Kata Femy
Hadir juga dalam ritual ini, perwakilan Balai Pelestarian Kebudayaan bapak Ricky Rumapit, para undangan, serta tua-tua kampung dan masayarkat. (**/JL)
Tinggalkan Balasan