LIPUTAN15.COM – Ditengah segala daya dan upaya Pemerintah Kota Manado untuk membantu para korban bencana banjir, masih saja ada oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan situasi tersebut demi mendongkrak popularitas untuk kepentingan pribadi.
Pun diketahui, pasca bencana banjir dan tanah longsor yang yang terjadi di awal tahun 2023, ratusan warga terdampak oleh bencana. Salah satu lokasi yang terdampak cukup parah adalah Kelurahan Mahawu Kecamatan Tuminting.
Kelurahan Mahawu adalah salah satu wilayah langganan banjir setiap tahun, hal itu disebabkan adanya penyempitan pada muara sungai Mahawu yang melintas di area pemukiman. Selain itu, penyebab sering meluapnya air dikarenakan banyak bangunan warga yang dibangun di area bantaran sungai maupun diatas saluran air.
Olehnya, kebijakan dari Pemerintah Kota Manado merelokasi masyarakat yang berada di bantaran sungai ke rumah relokasi Pandu yang sudah disiapkan.
Sebelumnya menurut informasi yang dihimpun media ini, sebanyak 54 kepala keluarga sepakat untuk direlokasi, bahkan ada beberapa keluarga sudah menempati rumah relokasi. Namun, tiba – tiba warga yang lain menolak untuk pindah tanpa alasan jelas.
Menurut informasi yang diperoleh media ini Jumat (11/2/22023), adanya oknum yang menghasut warga agar tidak pindah.
Dikutip dari salah satu media Online Teropong Sulut, Beredar sebuah video bernada provokatif yang ditujukan kepada warga Kelurahan Mahawu Lingkungan 3, Kecamatan Tuminting untuk tidak mengindahkan langkah dari pemerintah Kota Manado dengan dilakukan relokasi kawasan banjir.
Video yang berdurasi hampir 3 menit tersebut menampilkan seorang yang berpakaian atasan batik bercorak biru dan bawahan celana hitam berkacamata, terlihat mengajak kepada warga agar untuk tetap bertahan di lokasi yang sering terkena banjir tersebut.
“Kasian ngoni mo pindah kemana. Kalo cuma konsep cuma torang. Pemerintah selalu beralasan rumah relokasi. Kalau ngoni masyarakat pe dialog putus dengan pemerintah, ngoni pe kunci rumah semua kumpul, kembalikan ke pemerintah,” kata pria berbadan kekar tersebut.
Lelaki itu beralasan bahwa apabila masjid di lokasi tersebut masih berdiri, berarti warga Mahawu pun masih boleh menempati daerah langganan banjir tersebut.
“Saya katakan mulai dari masjid, supaya selesai urusan. Karena, kalau masjid masih ada berarti jemaah masih ada. Kalau masjid sudah di gusur, silahkan masyarakatnya (di gusur ),” kata pria tersebut.
Dia pun meminta dialog antara pemerintah dan masyarakat yang berada di daerah tersebut.“Kami ingin ada dialog antar pemerintah setempat dan masyarakat. Kalau boleh antar instansi pemerintah,” tukasnya.Belakangan diketahui sesuai informasi yang diterima wartawan, warga tersebut diketahui juga sebagai seorang tenaga ahli salah satu anggota DPD RI asal Sulut.
Sementara menurut salah satu pakar politik yang enggan namanya disebut mengatakan, penting bagi setiap orang, karena melalui pencitraan, manusia memilih hal yang akan dilakukan dan juga apa yang seharusnya tidak dilakukan.
Menurutnya, adanya pencitraan, setiap orang berharap bisa terlihat sempurna di mata orang lain.
“Dalam praktik politik, pencitraan menjadi bagian strategi komunikasi politik yang bertujuan untuk meningkatkan elektabilitas,”ujarnya.
Dikatakannya, media massa menjadi lahan strategis dalam membangun citra politik dan itu hampir dilakukan seluruh partai politik.
“Praktik pencitraan politik yang dilakukan untuk meraih simpatik masyarakat, dijadikan market tersendiri untuk meningkatkan elektabilitas dan popularitas namun tidak elok memanfaatkan situasi dimana masyarakat dalam tertimpa musibah,” ucapnya.
Hal senada juga disampaikan oleh salah satu tokoh masyarakat yang diminta keterangan oleh media ini.
“Ini ada yang ‘numpang joged’ ditengah kondisi masyarakat lagi susah, manfaatkan momentum untuk pencitraan,” ujarnya.
Tinggalkan Balasan