Menurut Dirut Conch, sesuai arahan pemerintah pusat (Cina), investasi utama adalah industri semen kemudian akan didiversifikasikan ke industri yang lain seperti pipa PVC, pintu jendela, kaca dengan teknologi terbaru, tambang yang digerakkan dengan robot, dan industri yg digerakkan dengan robot lainnya.
“Untuk itu dimohonkan dukungan investasi Conch di Indonesia,” pintanya.
Yang Jun juga menyebut di Cina, teknologi pengolahan sampah sedang dikembangkan untuk mengganti batubara sebagai sumber energi.
“Belakangan ini harga batubara terus naik. Untuk itu saat ini sedang diganti alternatif sumber energi salah satunya dari pengolahan sampah. Jika ini berhasil maka teknologi ini dapat dibawa ke Indonesia,” paparnya.
Tambah dia, selain sampah bisa juga benda tak terpakai lainnya seperti sekam padi dan kayu yang nantinya bisa dibeli dari masyarakat sebagai tambahan pemasukan untuk menjadi bahan bakar.
“Contohnya pabrik di kamboja, Laos. Faktor kunci adalah lokasinya dekat dengan pabrik. Batang-batang padi setelah panen padi
daripada dibakar jadi polusi lebih baik dijadikan bahan bakar,” tandas Yang Jun.
Diketahui, saat ini sisa hasil PLTU (limbah berbahaya) dibakar di pabrik semen sehingga pabrik semen bukan hanya menghasilkan semen tetapi berfungsi sebagai filter
kota untuk pengolahan limbah/sampah.
Conch saat ini sedang melakukan penelitian bambu sebagai bahan bakar. Jika ini terwujud akan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar dan mendukung upaya pengentasan kemiskinan. Jika ini berhasil akan diterapkan di Sulut.
Tinggalkan Balasan