LIPUTAN15.COM,TOMOHON-Terakhir Golkar mengusung kader sendiri yakni pada Pemilu 2004. Sudah lama sekali Golkar tidak mengusung kader sendiri sebagai Capres maupun Cawapres.

Terakhir kali kader Golkar maju di Pilpres adalah pada Pemilu 2009 lalu saat mencalonkan Jusuf Kalla sebagai capres. Kala itu JK berpasangan dengan Ketua Umum Hanura, Wiranto.

Setelah itu di Pemilu 2014, Golkar yang diketuai Aburizal Bakrie gagal mengusung kader internal Golkar sebagai capres. Mereka mendukung Prabowo yang kala itu berpasangan dengan Ketua Umum PAN, Hatta Rajasa.

Setelah itu Pemilu 2019, Golkar masuk ke dalam barisan pengusung Joko Widodo dan Ma’ruf Amin. Jokowi adalah kader PDIP dan Ma’ruf adalah representasi dari ulama dan ormas Nahdlatul Ulama.

Pengamat Politik Josef Kairupan yang juga dosen universitas Samratulangi (UNSRAT) Manado Sulawesi utara Rekam jejak Partai Golkar mencatat bahwa partai ini mampu melalui gelombang dan guncangan politik.

Namun, tren elektoral yang menurun menjadi tantangan yang tidak mudah bagi Partai Golkar menjelang Pemilu 2024. Meskipun Golkar dapat bertahan di 2-3 besar partai politik nasional, perolehan suara dan kursinya di DPR cenderung menurun.

Hal ini juga mengakibatkan tidak terpenuhinya presidential threshold partai Golkar yang berakibat Golkar tidak bisa mengusung Capresnya tanpa melalui koalisi.

Jika berbicara koalisi maka akan terjadi bargaining-bargaining dalam menentukan kandidat yang akan diusung. Jika Golkar tidak dapat mengusung kadernya maju sebagai Capres atau Cawapres, hal ini pertanda salah satu indikasi bahwa Golkar minim memiliki kader yang memiliki ketokohan mumpuni.

Sekalipun Golkar adalah partai yang besar, namun pada awal reformasi banyak kader Golkar yang hengkang ke partai politik lain, proses pengkaderan sejak saat itu terjadi penurunan yang berimbas kurangnya kader Golkar yang berkualitas, hal ini dibuktikan dengan perolehan suara golkar baik dilegislatif maupun dieksekutif yang tidak lebih tinggi dari parpol lain.tutupnya