LIPUTAN15.COM, BOLMUT – Kamis, 8 Agustus 2024 Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) membuka ruang bagi jurnalis yang melakukan liputan di Kabupaten Bolaang Mongkndow Utara, Provinsi Sulawesi Utara.

Kegiatan yang merupakan bagian dari follow up keamanan digital yang diselenggarakan oleh AJI Indonesia pada tahun 2024 ini mengangkat tema ‘traning jurnalis keamanan digital bagi burnalis’ 

Pusat pelaksanaan kegiatan diarea Swimingpool Desa Nagara, Kecamatan Bolangitang Timur ini diikuti 10 peserta yang berasal dari media online di Bolmut.

Video dengan durasi pendek terkait bagaimana heacker berkerja menjadi pengantar pada pelatihan tersebut. 

Dalam pelatihan, Fandri Mamonto sebagai pemateri menyampaikan pekerjaan jurnalis memiliki kerentanan ganda menerima ancaman digital.

“Sebagai individu maupun karena resiko sebagai pekerjaan,” katanya.

Menurut Fandri, kekerasan digital bisa menjadi pintu atau bersamaan atas terjadinya kekerasan fisik.

Bentuk-bentuk ancaman digital berupa Malware, Phising, Peretasan, Doxing, Pemalsuan (impersonating), Pelecehan, dan Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO).

Selanjutnya para peserta juga diberikan materi terkait keamanan perangkut dan akun. Terutama keamanan untuk ponsel.

Fandri menambahkan ada sejumlah prinsip perlindungan keamanan digital, pertama, tidak ada yang namanya 100 persen aman.

Kedua, resiko keamanan tiap orang berbeda, personal dan kontekstual. Ketiga, keamanan digital merupakan bagian dan keamanan holistic atau kesatuan tindakan.

“Keempat, keamanan digital berhubungan erat dengan perilaku, kelima, kekerasan digital bisa jadi pintu masuk pada kekerasan fisik. Keenam, nyaman belum tentu aman dan tidak nyaman, bisa jadi lebih aman,” sebutnya.

Kegiatan juga berlanjut dengan diskusi dimana peserta menyampaikan pengalaman mereka selama ini terkait keamanan digital.

Nofriandi Van Gobel peserta dari jurnalis liputan15.com mengakui memang saat ini tidak ada yang ada namanya aman.

“Mungkin kita saat ini belum mendapatkan serangan digital. Karena memang belum ditempatkan sebagai objek terpenting, tapi bukan berarti serangan itu tidak akan datang,” pandangnya.

Cerita berbeda juga disampaikan Jefry Rison dari media Republish.id, menurutnya bagaimana pengalamannya saat menerapakan protokol keamanan saat liputan beresiko.

“Ternyata sangat penting bagi kita sebagai jurnalis,”ungkapnya.

Para peserta sepakat kegiatan ini diharapkan bisa berkelanjutan. Apalagi mendiskusikan terkait keamanan jurnalis. Termasuk keamanan digital.

NVG