LIPUTAN15.COM– Kabar pengunduran diri Airlangga Hartarto dari posisi Ketua Umum Partai Golkar mengejutkan banyak pihak dan memunculkan berbagai spekulasi tentang dampaknya terhadap dinamika politik nasional dan daerah.

Pengamat Politik Josef Kairupan memberikan analisis mendalam mengenai bagaimana perubahan ini dapat mempengaruhi konstelasi politik, khususnya di daerah-daerah seperti Sulawesi Utara.

Menurut Kairupan, meskipun figur Ketua Umum Golkar mungkin tidak langsung mempengaruhi kontestasi politik di daerah, dampaknya tetap signifikan bagi elit-elit Golkar yang sebelumnya dekat dengan Airlangga.

“Pengunduran diri ini akan lebih berdampak pada mereka yang selama ini ber’tandem’ dengan Airlangga. Elit Golkar di Sulawesi Utara, misalnya, akan menghadapi tantangan baru dalam hal dukungan politik jika terjadi perubahan kepemimpinan nasional di Golkar,” jelasnya.

Lebih lanjut, Kairupan menegaskan bahwa jika ada kandidat kuat yang didukung oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) untuk menjadi Ketua Golkar Sulawesi Utara, maka konstelasi politik di daerah tersebut bisa berubah secara signifikan.

“Pergantian kepemimpinan di tingkat pusat bisa menggeser dukungan politik, yang berpotensi melemahkan posisi mereka yang sebelumnya mendapat dukungan penuh dari Airlangga,” tambahnya.

Secara politis, perubahan ini juga membuka peluang bagi aktor-aktor politik yang sebelumnya tidak mendapatkan dukungan kuat dari DPP.

“Dengan bergantinya Ketua Umum, arah angin politik bisa berubah, memberikan peluang bagi kandidat baru atau mereka yang selama ini berada di luar lingkaran dukungan utama,” ujar Kairupan.

Dengan situasi ini, pengunduran diri Airlangga Hartarto diprediksi tidak hanya akan berdampak pada internal Partai Golkar di tingkat pusat, tetapi juga pada peta politik di daerah-daerah menjelang Pilkada.

Perubahan kepemimpinan dapat menciptakan dinamika baru, mengubah alur dukungan, dan memberikan peluang baru bagi tokoh-tokoh politik lokal yang sebelumnya kurang diuntungkan.