LIPUTAN15.COM, BOLMUT – Periode pertama pemerintahan Bupati Sirajudin Lasena dan Wakil Bupati Muhammad Aditya Pontoh kembali diuji.
Pemerintahan yang digadang-gadang sebagai harapan baru bagi kemajuan Bolaang Mongondow Utara kini mendapat sorotan publik.
Sebelumnya, penulis ingin menceritakan sedikit kisah perjuangan Sirajudin – Adit.
Waktu itu, masih ingat betul bagaimana SJL ketika menjabat sebagai Penjabat Bupati Bolmong Utara – mendekati para konsituen dengan terobosan Govermen care: cara Sirajudin jemput bola.
Meskipun hari ini, tampaknya mulai surut.
Cara ini kemudian mengantarkan namanya saat itu sebagai Penjabat Bupati terbaik di bumi nyiur melalambai (Sulut).
Tak lama kemudian, pada pencapaiannya, Sirajudin digadang-gadang menjadi salah satu kandidat kuat di Pilkada. Singkatnya, keinginan itu terwujud: berpasangan dengan Muhamad Aditya Pontoh.
Govermen care akhirnya menjadi kenderaan politik SJL-MAP di panggung Politik 2024, gaya blusukan ini pula yang membuat mereka berdua semakin dikenal.
Mereka berdua terus berjuang ditengah-tengah gelombang serangan ‘setelah kakak – adik, setelah papa – anak’.
Isitilah yang kerap menjadi santapan para penikmat kopi disudut kantin dan dimana orang berkumpul.
Orang-orang terdekat SJL-MAP pun terus meredam serangan itu dengan hati dingin – meski sebenarnya harus dibayar dengan air mata kesedihan.
Kini perjuangan Sirajudin dan Adit terbayar lunas, suara rakyat mengantarkan mereka berdua berada ditahta tertinggi di Bolmong Utara.
20 Februari 2025, Sirajudin Lasena dan Aditya Pontoh dilantik oleh Presiden Indonesia Prabowo Subianto bersama 960 kepala daerah lainnya.
30 Mei 2025 atau hari ini, usia kepemimpinan SJL-MAP memasuki 100 hari kerja: langkah dimana menentukan jejak kedepan – berhasil atau gagal?
Sesingkat itu! Jika harus berkaca pada sisa-sisa perjuangan: setiap langkah kaki yang ditingalkan, akan diperhatikan – setiap kemenangan ada perjuangan, dan perjuangan itu milik kita bersama.
Ungakapan ini ingin penulis jadikan pijakan untuk menitipkan harapan yang satu ini.
Seleksi Paskibraka Yang Tidak Sehat.
Seleksi ini diduga kuat dikenderai praktik nepotisme. Banyak pihak merasa dirugikan dengan keputusan yang diambil panitia.
Sentralisasi dipandang mereka sebagai upaya pihak tertentu menutupi praktik terlarang tersebut.
Pun demikian, bocornya informasih dari ‘orang dalam’ atas tekanan kuat menambah keraguan mereka terhadap seleksi paskibraka itu.
Begitupun dengan matinya fungsi kontrol Purna Paskibraka Indonesia atau PPI sebagai simbol organisasi Paskibraka menambah buruknya tahapan seleksi tersebut.
Ribut-ribut soal tinggi.
Group whatsAap para Bacapas pun mendadak ribut, ketika adanya informasih soal kebijakan tinggi laki-laki dari 178 menjadi 165 dan perempuan dari 165 menjadi 158.
“Biar depe anak 163 kase lolos,” tulis mereka, dengan caption tertawa.
Hal-hal kecil seperti ini, jika terus menerus dipelihara akan menjadi ancaman bagi pemerintahan SJL-MAP kedepan.
Sekian.
Baca artikel lainnya dengan judul: Dugaan Nepotime di Seleksi Paskibraka Bolmut, Bagaimana Sikap PPI.
Dan tanggapan Kesbangpol atas peristiwa tersebut: Seleksi Paskibraka Disorot, Ini Keterangan Kesbangpol Bolmong Utara.
Salam hormat, Nofriandi Van Gobel.
Jangan Ganggu Pemerintahan SJL-MAP.
Nvg
Tinggalkan Balasan