Sangihe, Liputan15.com – Bupati Kepulauan Sangihe, Michael Thungari, S.E., M.M., secara resmi membuka kegiatan pelayanan dan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi (STT) Missio Dei Manado. Acara pembukaan berlangsung di gedung ibadah GKRI Solagratia, Kampung Nagha 1, Kecamatan Tamako, pada Minggu (6/7/2025).

Kegiatan tersebut turut dihadiri oleh Camat Tamako Meylan S. Yohanis, S.A.P., Kapolsek Tamako, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD), Kapitalaung Kampung Nagha 1, serta 48 mahasiswa STT Missio Dei dan para tamu undangan lainnya.

Dalam sambutannya, Bupati Thungari menyampaikan apresiasi atas pemilihan Kampung Nagha 1 sebagai lokasi pengabdian. Ia menilai keputusan tersebut sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat serta kontribusi nyata dalam pembangunan sosial dan spiritual.

“Atas nama pemerintah daerah, saya mengucapkan terima kasih kepada pimpinan kampus, para dosen, dan seluruh mahasiswa yang memilih Kecamatan Tamako sebagai ladang pelayanan,” ucap Thungari.

Lebih jauh, Bupati menekankan pentingnya keterlibatan generasi muda, khususnya mahasiswa, dalam proses pembangunan masyarakat. Ia menyinggung sejarah penyebaran Injil di Sangihe yang tidak hanya membawa pesan rohani, tapi juga ilmu praktis dan keterampilan hidup.

“Para pekabar Injil dahulu tidak datang dengan tangan kosong. Mereka juga mengajarkan keterampilan seperti pertukangan, membuat perahu, hingga berhitung. Semua dilakukan dengan semangat melayani,” ujarnya.

Menurut Thungari, warisan keterampilan dan etos pelayanan itulah yang membentuk karakter masyarakat Sangihe menjadi mandiri dan terampil, bahkan mampu bersaing di luar daerah.

Ia pun berharap kehadiran mahasiswa selama 20 hari ke depan bisa dimanfaatkan sebaik mungkin untuk terlibat aktif di tengah masyarakat dan menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama perkuliahan.

“Pengabdian seperti ini adalah bagian dari pendidikan yang sesungguhnya. Membaur, belajar langsung dari masyarakat, dan mempraktikkan ilmu di lapangan akan sangat berarti dalam proses pembentukan karakter,” tandasnya.

Di akhir sambutan, Thungari mengajak seluruh elemen—baik gereja, akademisi, maupun pemerintah—untuk bersinergi dalam mendukung kegiatan pelayanan ini.

“Dengan kerja sama semua pihak, pelayanan akan lebih berdampak dan pembangunan akan lebih merata,” pungkasnya.

Program pengabdian mahasiswa ini akan berlangsung selama tiga minggu, mencakup kegiatan sosial dan keagamaan yang dirancang untuk memberikan manfaat langsung bagi warga Kampung Nagha 1.