MANADO, Liputan15.com – Politeknik Negeri Manado (Polimdo) kembali melahirkan inovasi penting dalam pengelolaan sampah plastik dan pengembangan pariwisata berkelanjutan. Inovasi ini diperkenalkan pada Kamis (10/9/2025) oleh tim dosen dan mahasiswa Laboratorium Praktek Teknik Mesin yang berhasil menciptakan mesin pencacah plastik bertenaga surya dengan kapasitas produksi lebih besar dan hasil yang lebih optimal.
Penelitian ini dipimpin oleh Stevie Kaligis bersama timnya, yakni Steven Runtuwene, Yolanda Lagarance, Maikel Wala, dan Dimas, melalui program Katalisator Kemitraan Berdikari Skema Emas dari Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi, Ditjen Sains dan Teknologi, Kemendiktisaintek.
“Mesin ini kami kembangkan untuk menjawab dua isu sekaligus: pengelolaan sampah plastik dan kebutuhan inovasi pariwisata. Dengan memanfaatkan energi surya, kami ingin memberikan solusi kreatif yang bermanfaat bagi masyarakat,” ujar Stevie Kaligis, Ketua Tim Peneliti.
Mesin inovatif ini tidak hanya ramah lingkungan karena menggunakan energi baru terbarukan, tetapi juga memberikan dampak langsung bagi sektor pariwisata desa. Hasil cacahan plastik diolah menjadi ecobrik, yang kemudian dimanfaatkan sebagai ornamen dalam paket wisata berbasis potensi alam di Desa Sarawet, Kecamatan Likupang Timur, Minahasa Utara.
Dalam implementasinya, Polimdo menggandeng bank sampah sebagai mitra utama dalam pengumpulan plastik. Kolaborasi ini membuka peluang bagi masyarakat untuk berperan aktif mengurangi sampah sekaligus mendapatkan nilai ekonomi dari pengelolaannya.
Kehadiran teknologi ramah lingkungan ini diharapkan dapat menjadikan Desa Sarawet sebagai model wisata hijau di Minahasa Utara, sekaligus memperkuat peran Polimdo sebagai kampus vokasi yang terus melahirkan karya inovatif dan berdampak langsung bagi masyarakat.
Tinggalkan Balasan