MANADO— Gubernur Sulawesi Utara, Mayjen (Purn) TNI Yulius Selvanus SE, secara resmi membuka acara Pekan Seni dan Pesparani (Pesparani) I Provinsi Sulawesi Utara di Aula Mapalus, Kantor Gubernur, Selasa (18/11).

Kegiatan ini menjadi momentum bersejarah bagi umat Katolik di Sulut untuk menampilkan kekayaan seni rohani dari berbagai daerah.Acara pembukaan yang berlangsung hangat ini dihadiri oleh tokoh penting, seperti Uskup Manado YM. Mgr. Benedictus E. R. Untu MSC, Sekretaris Umum LP3KN Dr. Salman Habeahan, Kepala Kanwil Kemenag Sulut Dr. H. Ulyas Taha, serta unsur Forkopimda termasuk Kasdam Merdeka.

Ketua Panitia, Louis Schramm SH MH, memulai dengan laporan kegiatan, diikuti sambutan dari berbagai tokoh yang menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan umat.

Pesparani I menampilkan lomba paduan suara, puisi iman, dan drama liturgi yang melibatkan ribuan peserta dari anak-anak hingga dewasa di seluruh kabupaten/kota.

Acara ini memantapkan Aula Mapalus sebagai pusat sinergi kebudayaan dan keagamaan yang kuat antara Pemprov Sulut dan komunitas gereja.

Dalam sambutannya, Sekretaris Umum LP3KN, Dr. Salman Habeahan, memberikan apresiasi atas dukungan penuh dari Gubernur Yulius Selvanus dan jajaran pemerintah provinsi.

Ia juga secara resmi menawarkan Provinsi Sulawesi Utara untuk menjadi tuan rumah Pesparani Nasional IV pada tahun 2027, sebuah peluang yang langsung disambut positif oleh gubernur.

“Sulawesi Utara siap menjawab tantangan menjadi tuan rumah nasional pada 2027. Kerja sama antara pemerintah dan umat harus terus diperkuat untuk mewujudkan kesuksesan acara ini,” tegas Yulius Selvanus.

Uskup Manado, Mgr. Benedictus Untu MSC, mengungkapkan rasa syukur dan dukungannya terhadap sinergi pembangunan iman yang berjalan antara pemerintah daerah dan gereja.

Ia berharap pembinaan talenta seni rohani ini terus berlanjut, menjadi inspirasi dan jembatan persaudaraan.Pesparani I ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi seni rohani, tetapi juga menjadi model penyelenggaraan yang diharapkan dapat menguatkan kerukunan antar umat beragama serta mempromosikan keberagaman budaya rohani di Sulawesi Utara.

Dengan partisipasi berbagai etnis seperti Minahasa, Nusa Utara, dan Bolaang Mongondow.Acara berlangsung selama tiga hari dan diharapkan mampu memperkokoh ikatan kebersamaan dan nilai budaya yang menjadi ciri khas Sulawesi Utara.