MANADO – Setelah 45 hari terombang-ambing di laut lepas dan sempat hanyut hingga perairan Jayapura, Papua, nelayan asal Manado, Carles Rompas, akhirnya dipastikan segera kembali ke kampung halaman.
Harapan yang sempat menggantung di langit doa keluarga Rompas kini perlahan turun ke bumi, menjelma kabar kepulangan yang dinanti.Kepulangan Carles dijadwalkan pada 18 Desember 2025 dari Papua dengan transit di Jakarta.
Ia akan tiba di Manado pada 19 Desember pagi menggunakan pesawat Garuda Indonesia. Tiket pemulangan tersebut difasilitasi langsung oleh Gubernur Sulawesi Utara, Yulius Selvanus, sebagai bentuk kepedulian pemerintah daerah terhadap warganya yang tertimpa musibah.
“Iya, tiket pulang untuk papa diberikan Pak Gubernur Sulut,” ujar Feiby Rompas, anak Carles, Selasa (16/12/2025) malam dengan suara bergetar menahan haru.
“Sesuai jadwal, dari Bandara Sentani ke Jakarta, lalu Jakarta ke Manado. Papa tiba tanggal 19 pagi,” lanjutnya.Bagi keluarga Rompas, perjalanan pulang ini bukan sekadar perpindahan dari Papua ke Sulawesi Utara.
Ini adalah perjalanan dari batas antara harapan dan keputusasaan, dari laut yang nyaris merenggut nyawa, kembali ke rumah yang tak pernah berhenti menunggu. Selama berminggu-minggu, hari-hari mereka diisi kecemasan, air mata, dan doa tanpa henti.
Ucapan syukur pun mengalir dari keluarga kepada semua pihak yang terlibat, mulai dari proses ditemukan hingga pemulangan Carles Rompas ke Manado.
Mereka menyadari, ada banyak tangan yang bekerja dalam diam, serta doa-doa tulus yang dipanjatkan orang-orang yang bahkan tidak mereka kenal.“Tentunya kami keluarga sangat bersyukur sudah dibantu banyak orang,” tutur Feiby dengan nada penuh keikhlasan.
“Terlebih kepada Pak Gubernur Sulut yang sudah membantu papa saya bisa pulang dari Papua. Terima kasih, Pak Gubernur, dan seluruh masyarakat yang telah membantu kami. Kiranya Tuhan Yesus selalu memberkati semua yang sudah menolong keluarga kami,” tandasnya.
Dalam waktu dekat, seorang ayah yang 45 hari berjuang di tengah ganasnya lautan itu akan kembali memeluk anak dan istrinya.
Laut yang menjadi saksi perjuangannya kini tinggal cerita, sementara di Manado, sebuah rumah sederhana tengah bersiap menyambut bukan hanya seorang nelayan yang pulang, tetapi sebuah keajaiban yang mengembalikan harapan.(*)
Editor: Yolister Karame


Tinggalkan Balasan