MINAHASA UTARA, Liputran15.com – Desa Sarawet, Kecamatan Likupang Timur, terus berbenah dalam mengembangkan pariwisata berbasis potensi alam dan keberlanjutan lingkungan. Tak hanya mengandalkan panorama indah serta budaya lokal, desa ini kini menghadirkan inovasi ramah lingkungan melalui pemanfaatan ecobrik dari sampah plastik.

Ecobrik tersebut merupakan hasil cacahan plastik menggunakan mesin bertenaga surya yang dikembangkan oleh tim dosen dan mahasiswa Politeknik Negeri Manado (Polimdo). Melalui kerja sama dengan bank sampah, plastik dikumpulkan dan diolah menjadi ornamen yang dipadukan dalam paket wisata. Selain mempercantik destinasi, ornamen ecobrik juga menyampaikan pesan edukatif tentang pentingnya menjaga lingkungan.

“Tujuan utama kami menghadirkan wisata yang berkelanjutan, di mana alam tetap terjaga dan masyarakat mendapat manfaat ekonomi,” ujar Stevie Kaligis, Ketua Tim Peneliti.

Inovasi ini lahir dari kolaborasi antara dosen dan mahasiswa Polimdo melalui program Katalisator Kemitraan Berdikari Skema EMAS dari Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi, Kemendiktisaintek.

Mesin pencacah plastik tenaga surya yang dikembangkan memiliki motor penggerak bertenaga besar, mampu mengolah material hingga ketebalan 3 milimeter dengan kapasitas produksi mencapai 42 kilogram per jam. Hasil cacahan tersebut kemudian dimanfaatkan untuk mempercepat produksi ecobrik yang digunakan sebagai ornamen wisata ramah lingkungan.

Inovasi ini bukan hanya menjawab persoalan sampah plastik, tetapi juga membuka jalan bagi Desa Sarawet tampil sebagai model desa wisata hijau di Minahasa Utara. Wisatawan yang datang nantinya tak hanya disuguhi keindahan alam, tetapi juga dapat menyaksikan langsung bagaimana teknologi dan kearifan lokal bersinergi mewujudkan pariwisata berkelanjutan.