Ganjar membuktikan sendiri dengan membeli minyak goreng pada salah satu pedagang. Ia pun harus mengeluarkan uang Rp20 ribu untuk seliter minyak goreng curah. Bahkan, ia tak boleh beli banyak karena pedagang kasihan pada pembeli lain.
“Berarti minyak goreng curah Rp14 ribu itu hoaks ya bu,” canda Ganjar.
Ganjar mengatakan, dari pengecekan itu dirinya menemukan bahwa cerita minyak goreng curah Rp14 tidak ada di pasaran. Menurutnya, sistem distribusi minyak goreng curah yang disubsidi pemerintah seharga Rp14 ribu memang harus diubah. Tidak bisa lagi, minyak dilepas ke pasaran tanpa ada pantauan.
“Kalau seperti ini, relatif konsumen tidak akan dapat harga Rp14 ribu, yakin saya nggak mungkin. Maka sistemnya harus diubah, model distribusinya harus tertutup. Namanya subsidi, harus diberikan satu persatu dan langsung ke pedagang,” tegas Ganjar.
Dirinya juga menyampaikan di laman media sosialnya sampai hari ini ternyata jatah minyak goreng untuk Jateng belum juga kita terima.
Jadwal semula datang tanggal 3 April dengan jumlah 3000 ton, tapi sampai sekarang barangnya belum ada.
Dua perusahaan yang disidak hari ini di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang belum juga ada kejelasan, sehingga dirinya mewarning apabila terdapat ‘pemain’ minyak goreng yang menyusahkan warga saat ini.
“Saya harap jangan ada yang main-main. Akan saya kejar terus sampai tuntas persoalan minyak goreng ini,” tulis akun Ganjar Pranowo.(SahabatGanjar)
Tinggalkan Balasan