Ismail juga menjelaskan rentang usia akun Twitter yang menggaungkan kedua tagar tersebut. Menurutnya, rentang dan distribusi usia akun pada kedua klaster relatif sama. Namun #MahasiswaBergerak punya akun baru lebih banyak dengan 309 akun.

“Sedangkan klaster #SayaBersamaJokowi hanya 183 akun baru,” tuturnya.

Berdasarkan hasil Social Network Analysis (SNA) memperhatikan kedua klaster percakapan itu hampir sama kuat.

Kemudian rentang interaksi dari kedua klaster sama, yaitu sekitar 6,6 interaksi per 1 postingan. Keduanya banyak mengandalkan retweet untuk menaikkan volume percakapan.

Kemudian Ismail juga menganalisis akun robot atau bot dari percakapan kedua klaster. Hasilnya, tagar #MahasiswaBergerak terindikasi memiliki banyak bot ketimbang #SayaBersamaJokowi.

“Klaster #MahasiswaBergerak memiliki score 2.05 yang berarti postingan oleh akun terindikasi bot lebih besar dibandingkan klaster #SayaBersamaJokowi dengan score 1.74,” tuturnya.

Ismail mengatakan semakin tinggi skor, semakin besar kemungkinan bot atau akun yang berperilaku seperti robot digunakan.

Baca artikel CNN Indonesia “Ahli Bongkar Perang Tagar #SayaBersamaJokowi dan #MahasiswaBergerak” selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20220411100019-192-783069/ahli-bongkar-perang-tagar-sayabersamajokowi-dan-mahasiswabergerak.