Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam kesempatan yang sama menyatakan potensi dampak risiko bencana tsunami yang dapat terjadi dari aktivitas vulkanologi Anak Gunung Krakatau sangat kecil, seiring menurunnya erupsi dalam beberapa hari terakhir.
Di samping menurunnya erupsi Gunung Anak Krakatau, faktor lain seperti adanya beberapa pulau penghalang di sekitar Anak Gunung Krakatau juga dapat mereduksi ancaman tsunami bagi aktivitas penyeberangan kapal dari Merak-Bakauheni maupun sebaliknya.
Di sisi lain, jarak yang relatif jauh antara Gunung Anak Krakatau dengan rute penyeberangan antar pulau Jawa dan Sumatera itu juga menjadi faktor yang memperkecil potensi risiko tsunami.
Berdasarkan catatan, Dwikorita juga menambahkan bahwa kejadian silent tsunami yang menghantam sebagian wilayah banten hingga lampung pada 2018 silam juga tak berdampak pada aktivitas penyeberangan Merak-Bakauheni.
“Penyeberangan relatif aman dari bahaya tsunami. Apalagi erupsinya melemah. Sumber pembangkitnya itu sudah lemah, sehingga dapat kita simpulkan inshaAlloh aman,” jelas Dwikorita.
BMKG bersama akan terus memonitor perkembangan aktivitas Gunung Anak Krakatau, termasuk segala sesuatu yang terkait potensi dampak yang ditimbulkan. Dari hasil monitoring itu, BMKG dan PVMBG serta lintas Kementerian/Lembaga terkait akan meneruskan informasi itu sampai diterima dengan baik oleh masyarakat.
Tinggalkan Balasan