LIPUTAN15.COM – Viral video Wali Kota Manado Andrei Angouw yang menyampaikan perbandingan Kota Manado dan Kabupaten Talaud melalui angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Hal tersebut dimultitafsir dan digiring keranah publik, yang menyebutkan orang nomor satu di kota manado ini mendiskreditkan dan menghina masyarakat Kabupaten Talaud.

Dalam Video yang berdurasi 1 menit 23 detik ini, Walikota manado menyatakan bahwa “Nda usah jao-jao yang ibu/bapa ja lia dijalan badut-badut itu bukan orang manado, itu yang datang dari luar kota manado. Dorang datang kesini karena menjanjikan. Dorang nyanda babadut di talaud, nyanda mo dapa doi dorang,” tutur Walikota Manado Andrei Angouw.

Namun ternyata pernyataan ini pun digiring ke ranah publik seperti fenomena indentik dengan video Mantan Gubernur DKI Basuki Cahyapurnama alias Ahok di pulau seribu, jadi wajar berujung multitafsir,” ujar Aktivis Pemuda Talaud Agus Darwanto.

Aktivis dan mantan orator asal Talaud ini, menyatakan atas nama keadilan berpikir objektif yang dianugerahkan oleh Sang Pencipta (nonton video berkali-kali selama)

Dalam hal ini ketika dibahasakan dalam dialek manado, coba kita simak dan dengar bae-bae itu penyampaian di video.

“Kita selaku Anak Negeri kelahiran Talaud, Orangtua masih hidup di Tanah Talaud, Saudara Kandung pun masih berkarya di Kabupaten Talaud pe harga diri sama sekali tidak terusik sejengkal pun atas pernyataan walikota Andrei Angouw. Namun perbedaan pendapat senantiasa kita junjung tinggi,” tutur Yakang Agus Darwanto panggilan akrabnya.

Yakang Agus menambahkan, pemikir – pemikir handal di bumi Nusa Utara sudah terlahir jauh sebelum generasi grup ini lahir.

“Bahkan masih terus ditelurkan oleh semesta, salah satu langkah terpenting kemajuan peradaban Nusa Utara adalah Mengasihani negeri dengan hati dan
mengeksekusinya dengan integritas.Formula otak taung-kite nyanda tertinggal jauh dengan ram otak saudara-saudara yang di Pulau Sulawesi Besar.Kedepan, ini juga menjadi pekerjaan rumah (PR) buat calon kepala daerah lainnya, selamatkan daerah untuk sefikit lebih baik, minimal di ranking yang tidak menjadi sasaran banding, sehingga terkesan pernyataan sensitif dan diskriminatif,” ungkap Yakang Agust Darwanto.

Sementara itu, Adolof Binilang mantan Sekda Talaud turut angkat bicara. Ia menjelaskan ,struktur PDRB di Talaud didominasi sektor pertanian dan perikanan kurang lebih 42 persen, sementara sektor ini memang harus ditingkatkan ke depan (produktifitasnya, nilai tambah, kendali harga sarana transportasi utk efisiensi dll).

Ia juga menjelaskan, sumber pendapatan perkapita memang tidak bisa dibandingkan karena sumber penerimaan dan pengeluaran berbeda, 27 jt pertahun perorang di Talaud mungkin cukup, 96 juta di manado apakah cukup? Cukup tidaknya berkontribusi di tingkat kemiskinan dan IPM.

“Tentang hal ini memang perlu kajian komprehensif dari banyak parameter pengukur. Tapi ini adalah data lembaga yg berkompeten, hal positif lah yang kita perlu jadikan motifasi ke depan,” pungkasnya.