LIPUTAN15.COM– Selestinus Katabia, seorang tokoh milenial Papua dan mantan pengurus Ikatan Mahasiswa Papua (IMIPA) yang kini berdomisili di Tondano, memberikan pesan penting kepada Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) di Sulawesi Utara.
Ia mengajak mahasiswa Papua untuk menjadi agent of change atau pembawa perubahan, pelaku kontrol sosial, sekaligus mempersiapkan diri sebagai calon pemimpin masa depan.
“Saat ini, pemerintah telah memberikan banyak peluang kepada putra-putri Papua untuk berkarya dan berkarir di berbagai bidang. Namun, sering kali kesempatan tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik, sehingga muncul kesan bahwa kita tidak diperhatikan. Padahal, jika kita bersungguh-sungguh dan bekerja keras, peluang itu bisa membawa kita pada kesuksesan,” ujar Katabia dalam wawancaranya baru-baru ini.
Katabia menekankan bahwa perjuangan para pendahulu Papua telah membuka jalan bagi generasi muda untuk meraih kehidupan yang lebih baik. “Kesempatan yang kita miliki saat ini adalah hasil perjuangan orang tua dan nenek moyang kita. Kita harus menghargai itu dengan memaksimalkan peluang yang ada,” tegasnya.
Ia juga menyoroti pandangan yang menyebut pemerintah kurang memperhatikan Papua. Menurutnya, anggapan tersebut kurang tepat karena peluang sudah tersedia, tetapi sering kali kurang dimanfaatkan. “Kita tidak bisa hanya mengeluh tanpa melakukan usaha keras. Banyak orang Papua yang sukses karena kerja keras mereka sendiri, dengan memanfaatkan perjuangan yang telah dibuka oleh generasi sebelumnya,” tambah Katabia.
Dalam era globalisasi dan pesatnya perkembangan teknologi, Katabia mendorong mahasiswa Papua untuk terus meningkatkan keterampilan dan kapasitas diri. “Kita diberkati dengan sumber daya alam yang melimpah di Papua, tetapi itu tidak cukup. Kita perlu menguasai teknologi dan keterampilan tambahan agar bisa memanfaatkannya secara maksimal,” ujarnya.
Ia mengingatkan pentingnya inovasi dan kreativitas dalam menghadapi tantangan. “Jangan hanya menuntut tanpa menciptakan sesuatu. Tanah Papua adalah surga kecil yang jatuh ke bumi, tapi kita harus bisa memanfaatkan potensi tersebut dengan kerja keras dan tekad untuk menggapai cita-cita,” katanya.
Selain itu, Katabia mengingatkan mahasiswa Papua yang menimba ilmu di Sulawesi Utara untuk menghormati adat istiadat setempat, sebagaimana mereka menghormati adat di Papua. Ia mengutip peribahasa “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung” sebagai pedoman dalam bersikap.
“Mahasiswa Papua wajib menghormati adat istiadat yang berlaku di Sulut. Dengan cara ini, kita menunjukkan penghargaan terhadap nilai-nilai lokal sekaligus membangun harmoni di tanah rantau,” jelasnya.
Katabia menutup dengan pesan kepada mahasiswa Papua untuk terus belajar dengan giat dan fokus. “Dengan pendidikan, kita tidak hanya membangun masa depan diri sendiri dan keluarga, tetapi juga memberikan kontribusi besar bagi Tanah Papua,” pungkasnya.
Pesan ini diharapkan dapat memotivasi mahasiswa Papua untuk menjadi generasi yang produktif, kompetitif, dan mampu membawa perubahan positif bagi masyarakat Papua.
Tinggalkan Balasan