LIPUTAN15—Bagi yang memiliki pasangan, seks tak selalu menyenangkan. Bahkan menjadi memacu aktivitas seseorang. Tapi, faktanya, hubungan seks memang bisa memicu penyakit atau gejala-gejala klinis yang diakibatkan. Seks bisa memicu keluhan mulai dari sakit kepala hingga gangguan pada organ intim.
Berikut beberapa gejala klinis dan penyakit yang umumnya muncul setelah berhubungan seks:
- Sakit kepala
Beberapa orang mengalami sakit kepala setelah berhubungan seks. Mengutip dari Everyday Health, National Headache Foundation (NHF) menjelaskan, ada dua jenis sakit kepala yang berkaitan dengan aktivitas seksual, terutama dengan orgasme. Pertama, rangsangan seksual menimbulkan kontraksi otot pada kepala dan leher hingga memicu sakit kepala.
Kedua, exertional headache, atau sakit kepala yang berhubungan dengan aktivitas fisik, termasuk hubungan intim. Exertional headache juga kerap disebut sakit kepala orgasmik. Sakit kepala ini akan terasa intens dan parah sebelum orgasme. Sakit kepala terjadi sebagai respons peningkatan tekanan darah.
- Postcoital dysphoria
Usai berhubungan seks timbul rasa sedih? Kondisi ini disebut postcoital dysphoria (PCD). Mengutip dari Healthline, PCD merupakan kondisi yang mengakibatkan kesedihan, gejolak, dan menangis setelah bercinta.
Namun, perlu dicatat, kesedihan yang muncul tidak berkaitan dengan aktivitas seks yang dirasa tidak menyenangkan.
Orang yang mengalami PCD disarankan berkonsultasi dengan tenaga profesional untuk mengeksplorasi penyebab dan penanganannya.
- Alergi air mani
Meski terdengar aneh, alergi air mani bisa dialami beberapa perempuan. Paula Bednarek, ahli obstetri dan ginekologi, menyebut bahwa kondisi ini jarang terjadi.
Air mani mengubah keseimbangan pH vagina sehingga timbul iritasi, lendir serviks, gatal, dan bengkak. Hal terbaik yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko alergi adalah dengan menggunakan kondom saat berhubungan seks.
- Postorgasmic illness syndrome
Postorgasmic illness syndrome (POIS) memiliki gejala mirip flu seperti demam, kepala berkabut, nyeri otot atau sendi, kelelahan atau masalah konsentrasi setelah berhubungan seks. Kondisi seperti ini pertama kali diidentifikasi pada pria sesaat setelah ejakulasi.
Berdasarkan studi yang dipublikasikan pada 2016, ada indikasi POIS dipicu reaksi autoimun pada cairan maninya sendiri.
- Infeksi saluran kemih
Seks berisiko memicu infeksi saluran kemih. Infeksi ini menyerang saluran kemih termasuk ginjal, kemih, ureter, dan uretra. Dibanding laki-laki, perempuan lebih rentan mengalami infeksi saluran kemih.
Mengutip dari WebMD, gejala penyakit ini meliputi sensasi terbakar saat buang air kecil, sering ingin buang air kecil tapi urine sedikit, urine berwarna gelap dan berbau aneh, rasa lelah dan gemetar, demam, serta rasa sakit di perut bawah atau punggung bawah.
- Infeksi jamur
Tubuh manusia secara alami diselimuti oleh berbagai jenis jamur. Dalam kondisi tak terkontrol, jamur bisa jadi masalah, termasuk menimbulkan infeksi.
“Infeksi jamur pada perempuan bisa dipicu perubahan pH dari air mani atau penggunaan pelumas baru. Perubahan hormon juga membuat perempuan rentan mengalami infeksi jamur,” jelas Bednarek.
Infeksi jamur tak termasuk ke dalam penyakit menular seksual. Namun, ada beberapa kemiripan dalam gejala yang ditimbulkan seperti gatal dan iritasi, seks yang terasa sakit, dan keputihan yang kental.
- Vaginosis bakterialis
Bacterial vaginosis atau vaginosis bakterialis adalah jenis peradangan vagina akibat pertumbuhan bakteri alami berlebih. Mengutip dari Mayo Clinic, penyakit ini bisa dialami perempuan berbagai usia. Penyebab pasti belum diketahui, namun aktivitas tertentu bisa memicu, seperti di antaranya hubungan seks tanpa kondom.
Vaginosis bakterialis bisa ditandai dengan keputihan tipis berwarna abu-abu atau hijau, vagina berbau amis, gatal dan sensasi terbakar saat buang air kecil. Sebaiknya segera ke dokter untuk memperoleh penanganan.(*)
Tinggalkan Balasan