Ini Ternyata Penyebab Tsunami dan Gempa Palu

LIPUTAN15.COM — Ini yang menyebabkan Gempa dan tsunami kembali menyerang Palu. Ada beberapa titik terjadinya gempa seperti Donggala dan tsunami di Palu, Sulawesi Tenggah.

Dewan Penasihat Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Rovicky Dwi Putrohari melihat kawasan yang terjadi gempa memang dilalui oleh patahan aktif yang memanjang dari timur.

Bacaan Lainnya

“Patahan ini disebut Patahan Matano (Matano Fault) hingga ke Barat Patahan Palu-Koro. Terlihat disitu paling tidak ada tiga gempa yang saya catat sejak 2017 lalu.

Jadi zona sepanjang patahan besar ini perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya gempa yang kuat,” paparnya, Jumat malam (28/9). Seperti dilansir CNNIndonesia.com.

Biasanya yang terjadi skenario 1. Namun, kejadian kali ini yang terjadi skenario 2.
Rovicky menduga patahan Palu Koro yang berupa patahan mendatar ini menimbulkan getaran gempa hingga skala magnitudo 7,7. Getaran kuat ini menyebabkan adanya longsoran bawah laut pada lereng kritis, terutama pada pinggiran paparan laut yang curam. “Longsoran inilah yang menyebabkan tsunami.

Jadi tidak secara langsung dislokasi patahan geser penyebabnya. Biasanya, patahan naik di laut yang menyebabkan gempa dan tsunami, misal patahan “mega thrust”, di selatan Jawa dan Sumatera,” tambahnya.

Rovicky menilai patahan geser yang kuat juga mampu menyebabkan tsunami apabila diikuti longsoran bawah laut.
“Memang tidak mudah memperkirakan bahwa tsunami akan terjadi pada patahan geser ini. Sehingga arahan awal dari BMKG pun tidak memperkirakan tsunami besar karena model perhitungan serta pengamatan dengan tidal gauge memang kecil,” ujarnya.

Sebelumnya, Badan Meterologi , Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi  tsunami dengan ketinggian lebih dari 0,5 meter menerjang Palu seusai gempa 7,7 SR mengguncang Donggala, Jumat (29/9) pukul 17.02 WIB.

“Berdasarkan hasil pemodelan tsunami, gempa menimbulkan tsunami dengan level siaga, ketinggian dengan lebih dari setengah meter. Dengan ketinggian gelombang laut tiga meter,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers.

“Memang benar tsunami terjadi, namun tsunami tersebut telah berakhir pada 17.36 WIB,” kata Dwikorita.

Dwikorita mengatakan, peringatan dini dihentikan setelah air yang naik ke daratan telah surut, bukan setelah air laut yang surut di area tepi pantai.

“Tadinya air laut sempat naik (ke darat). Tapi kemudian air itu terus bergerak turun. Itu yang kami namakan surut,” kata Dwikorita. (end)

J1vc4CG.jpg

Pos terkait

J1vc4CG.jpg

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *