LIPUTAN15.COM–Desa Nongjing, wilayah otonomi Guangxi Zhuang, Tiongkok, pada 2010, secara nasional masyarakatya hidup di bawah standar kemiskinan. Namun, penduduk desa yang mayoritas berasal dari kelompok etnis Yao, menemukan cara baru untuk meningkatkan standar kehidupan mereka, yakni dengan berternak kalajengking, untuk memasok racun kalajengking yang digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok.

Peternakan kalajengking di desa ini, didanai oleh pemerintah sebesar 1 juta yuan atau sekitar Rp2,2 miliar pada September 2010. “Saat ini mempekerjakan 10 penduduk setempat secara penuh waktu dan beberapa lainnya paruh waktu, termasuk empat wanita,” ujar Qiu Xiaojun, seorang pegawai negeri yang berusia 34 tahun.

Qiu ditugaskan oleh pemerintah Guangxi untuk mengawasi operasional sehari-hari peternakan kalajengking tersebut. Setelah dilatih, seseorang dapat menghasilkan antara 2.000 atau setara dengan Rp4,5 juta hingga 3.000 yuan (Rp6,7 juta) per bulan di peternakan tersebut.

“Kami menyediakan penduduk desa dengan sumber pendapatan serta pengetahuan teknis yang dapat mereka gunakan untuk mendirikan bisnis mereka sendiri di masa depan,” ujarnya.

Lebih dari 2.000 orang tinggal di 10 desa di sekitarnya. Penduduk memelihara babi atau unggas dan menanam jagung, sepanjang waktu untuk konsumsi pribadi, karena lokasi terpencil membatasi akses ke pasar luar. Topografi karst membatasi pertanian. Air tanah sangat langka.

Di Nongjing, kalajengking Manchuria – Mesobuthus martensii – adalah salah satu varietas utama yang dibesarkan secara artifisial. Ditemukan di Tiongkok dan bagian lain di Asia Timur, di mana tingkat kelembabannya cukup, arachnida yang tumbuh penuh bisa mencapai 2 hingga 6 cm dan memiliki penjepit tajam dan ujung ekor yang mematikan.

Seekor betina alami dan dapat berkembang biak bisa memakan waktu dua tahun. Tetapi proses ini selesai dalam beberapa bulan di peternakan desa Nongjing.

Qiu mengatakan peternakan mengharapkan untuk memperoleh lebih dari 1,5 juta yuan dari penjualan tahun ini. Harga pasar saat ini untuk satu kilogram kalajengking adalah 930 yuan. Nongjing bekerja untuk memenuhi permintaan di provinsi Guangdong, Henan dan Shangdong, di mana sebagian besar arakhnida akan dijual untuk keperluan farmasi.

Racun kalajengking digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok untuk “memperlancar aliran darah dalam tubuh manusia”. Arakhnida juga dimakan sebagai camilan.

“Komunitas ini bekerja sama dalam proyek ini,” kata Lan Tianting, 25, yang pekerjaan pertamanya adalah memisahkan kalajengking perempuan dan laki-laki. “Kami ingin membangun merek di sekitarnya,” ujarnya, melansir dari laman China Daily, Jumat (4/5/2018).

Ketika Tiongkok berusaha, pada tahun 2020, untuk mengakhiri kemiskinan terburuk secara nasional, tidak hanya melalui penghasilan yang didapat tetapi dengan membangun keterampilan kewirausahaan untuk digunakan secara berkelanjutan.

Pada bulan Maret, laporan kerja pemerintah pusat mengatakan 12,4 juta telah terangkat dari kemiskinan tahun lalu. Bantuan keuangan untuk program penanggulangan kemiskinan telah melampaui 100 miliar yuan