LIPUTAN15.COM — Aparat kepolisian terpaksa “melumpuhkan” Anton Febriyanto (47), penghuni Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, Jawa Timur, lantaran masih memegang alat pemicu bom atau switching setelah ledakan pertama.

Seusai ledakan pertama itu, Anton diklaim tak langsung tewas. “Kami lumpuhkan Anton ini dikarenakan yang bersangkutan masih memegang switching, oleh karena itu petugas tidak mengambil resiko dan kemudian melumpuhkan yang bersangkutan,” kata Kepala Bidang Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung di lokasi, Senin (14/5) dini hari, seperti dikutip CNN Indonesia.com

Barung menyatakan bahwa pada ledakan pertama di dalam kamar nomor 2 lantai 5 Blok B itu istri Anton, Puspitasari (47) dan anak pertamanya RAR (17) tewas seketika. Anton masih bertahan. Kepolisian yang datang kemudian melumpuhkannya. Dengan demikian, ada tiga orang tewas dari kejadian di Rusunawa Wonocolo.

Sementara itu, lanjut Barung dua anak Anton, yang masih berusia 10 dan 11 tahun masih selamat dari ledakan pertama. Kedua anak tersebut pun langsung dibawa anak kedua Anton yang berusia 15 tahun langsung membawa adiknya ke rumah sakit.

Dia mengatakan bahwa ketiga jenazah korban ledakan bom tersebut dibawa ke RS Bhayangkara, termasuk ketiga anak Anton yang selamat. Menurut dia, pihaknya masih melakukan pengamanan di sekitar tempat kejadian perkara.

“Rekan-rekan saksikan kendaraan yang membawa jenazah, semua, tiga-tiganya sudah dibawa,” tuturnya.

Barung belum bisa memastikan keterkaitan ledakan di Rusunawa Wonocolo dengan ledakan bom bunuh diri di tiga gereja berbeda di Surabaya, Minggu (13/5) pagi. Dia menyebut pihaknya masih bekerja untuk melakukan penyelidikan