LIPUTAN15.COM–Ini rekam jejak Aman Abdurrahman yang disebut Singa ISIS di Indonesia. Terdakwa dalang serangan teror bom Thamrin dan otak dibalik teror di Surabaya,  dituntut hukuman mati oleh Jaksa Penuntut Umum di PN Jaksel, Jumat (18/5).

Pemimpin Jamaah Ansharut Daulah (JAD) ini pertama kali dikenal akibat bom rakitan yang meledak di rumah kontrakannya, Kampung Sindang Rasa, Kelurahan Suka Maju, Cimanggis, Depok, Jawa Barat pada 2004. Ia pun divonis tujuh tahun penjara terkait kasus ini.

Aman kembali tersandung kasus terorisme setelah terlibat dalam pelatihan militer di Jalin Jantho, Aceh Besar pada 2010. Pengadilan pun memvonis Aman dengan pidana sembilan tahun penjara.

Aman, yang dikenal dengan julukan “Bapak Tafkiri Indonesia” itu terbukti membantu kegiatan terorisme di Aceh dengan memberikan sumbangan dana sebesar Rp 20 Juta dan US$100.

Peringatan Hari Kemerdekaan ke-72 Republik Indonesia lalu seharusnya menjadi lembaran baru bagi Aman. Remisi atau pengurangan masa hukuman selama lima bulan dapat membebaskan Aman dari Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.

Namun, Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri tak mau memberikan waktu bagi Aman untuk menghirup udara segar di luar penjara. Densus 88 bergerak menjemput Aman dan membawanya menuju Markas Korps Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.

Densus 88 memeriksa Aman terkait serangan teror di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat pada 14 Januari 2016. Dia diduga berperan dalam memberikan ide untuk melancarkan serangan teror yang terjadi di ‘jantung’ kota Jakarta tersebut.

Hingga akhirnya, Densus 88 pun resmi menetapkan sekaligus menahan Aman sebagai tersangka pada Jumat 18 Agustus 2017. Bom Thamrin merupakan kasus terorisme ketiga yang disangkakan polisi kepada pria kelahiran 5 Januari 1972 ini.

Setelah teror Thamrin, Aman juga diduga menjadi otak pelemparan bom ke Gereja HKBP Oikumene, Samarinda, pada 13 November 2016 yang menyebabkan enam anak-anak menjadi korban. Aksi dilakukan oleh Ketua JAD Kaltim Joko Sugito alias Abu Sarah.

Usai Samrinda, Aman juga disebut menjadi dalang aksi bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu, Jakarta, pada 24 Mei 2017 yang dilakukan oleh Kiki Muhammad Iqbal alias Abu Syamil.

Ia merupakan rekan Aman selama di penjara atas kasus teror di Lapas Nusakambangan. Aksi itu menyebabkan tiga personel polisi meninggal dunia dan empat personel mengalami luka berat.

Aksi teror yang disebut-sebut Aman kembali menjadi dalangnya yakni penyerangan terhadap personel kepolisian di Polda Sumatera Barat, Sumatera Barat, 25 Juni 2017.

Pelaku penyerangan diketahui termotivasi dari Aman. Dalam aksi itu seorang personel polisi tewas akibat luka tusuk.

Terakhir, Aman juga disebut menjadi otak penembakan terhadap personel Kepolisian di Bima, NTB, pada 11 September 2017. Aksi dilakukan oleh Muhammad Ikbal Tanjung alias Usamah yang mengaku terinspirasi oleh Aman.

Aman merupakan seorang pendakwah seputar isu tauhid dan jihad yang mengagumi tokoh ideologi jihad pendukung Al Qaidah Abu Muhammad al-Maqdisi.

Sepak terjang Aman dalam dunia dakwah seputar tauhid dan jihad didukung dengan kemampuan berbahasa Arab yang baik. Aman pun mulai aktif berdakwah dalam kelompok Tauhid Wal Jihad pada 2004.

Aman juga aktif menerjemahkan buku atau tulisan karya Abu Muhammad al-Maqdisi ketika berada di dalam penjara. Buku atau tulisan tersebut kemudian Aman edarkan di kalangan militan secara luas.

Aman dibanjiri panggilan untuk mengisi ceramah di berbagai tempat. Aman pun membawa Tauhid Wal Jihad menjadi kelompok lebih formal yang aktif melakukan propaganda dan memproduksi naskah terjemahan yang diedarkan lewat fotokopi atau pun situs internet millahibrahim.com.

Buku Seri Materi Tauhid Aman terbagi menjadi beberapa bagian pokok. Pertama, prinsip ketauhidan melalui pemaknaan Thaghut dan bagaimana kewajiban Muslim untuk beriman kepada Allah dan kufur terhadap thaghut.

Kedua, kritik atas praktik demokrasi sebagai bagian dari tradisi Thaghut. Termasuk di dalamnya status hukum nasional. Ketiga, penegasan Aman atas penolakan ketaatan terhadap pemerintah Indonesia, juga bagaimana Muslim bekerja sebagai PNS dan bekerja di perusahaan pemerintah.

Dalam melihat status pegawai pemerintah, Aman Abdurrahman menyatakan “Setiap pekerjaan yang merupakan pembuatan hukum, pemutusan dengan hukum buatan, pembelaan kepada thaghut atau sistemnya, mengikuti atau menyetujui sistem thaghut, ada syarat sumpah atau janji setia kepada thaghut atau sistemnya, maka semua ini adalah kekafiran.”

Nama Aman kian populer setelah kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) resmi mendeklarasikan diri di Suriah. Aman disebut-sebut menjadi pionir lahirnya gerakan ISIS di Indonesia.

Bahkan pesona Aman pun relatif mengalahkan pesona pendiri Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) Abu Bakar Ba’asyir.

Ba’asyir sebelumnya memutuskan keluar dari Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) untuk mendirikan jemaat tersebut pada 2008. Banyak anggota MMI yang mengikuti langkah Ba’asyir.

Namun dominasi Ba’asyir atas pengikutnya sendiri di JAT tidak berlangsung terlalu lama. Sosok Aman disebut menjadi lebih populer dan dielu-elukan di tubuh JAT dan kemudian dijuluki ‘singa Tauhid’.

Aman lalu membawa anggota JAT yang direbut dari Ba’asyir mendirikan organisasi JAD. Arah perjuangan organisasi tersebut sama dengan ISIS yakni mendirikan negara Islam.

Pengaruh Aman ini juga yang disebut-sebut menjadi penyebab munculnya rentetan peristiwa teror di Mako Brimob Depok, Surabaya dan Riau di minggu ini.

Sumber:CNN Indonesia.com