LIPUTAN15.COM–Mengejutkan. Densus 88 Mabes Polri kembali mengamankan tiga warga di Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur yang diduga terkait jaringan terorisme, Rabu (13/6) malam. Seperti dilansir dari Kompas.com
Dari tiga orang tersebut, salah satunya adalah NH, seorang dokter umum yang juga membuka praktik pengobatan bekam. Selain NH, dua orang warga SZ dan An ikut diamankan.
Tim Densus juga melakukan penggeledahandi rumah kontrakan NH. Proses penggeledahan dilakukan dengan penjagaan ketat dari Mapolres Blitar.
Petugas bersenjata api lengkap berjaga di depan rumah tersebut. Mereka tidak mengizinkan warga yang tidak berkepentingan masuk.
Di rumah itu juga dipasang garis polisi, dan penjagaan masih dilakukan. Hingga kini, ketiganya masih diamankan di Mapolres Blitar, untuk proses hukum lebih lanjut.
Kepala Lingkungan Bajang, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Mislan mengatakan, polisi mengamankan rumah milik Nanang, seorang pengusaha pupuk.
Rumah tersebut dikontrakkan Nanang pada seorang dokter bernama NH, untuk jangka waktu sekitar tiga tahun. “Kontrak sekitar tiga tahun. Namun, keluarga di sini tertutup,” katanya, di Blitar, Rabu malam.
Ia juga mengaku tidak terlalu akrab dengan pemilik rumah. Namun, ia curiga dengan aktivitas di rumah tersebut. Sebab satu pekan sebelumnya, personel dari TNI dan Polri sering datang ke rumahnya menanyakan aktivitas dan riwayat pemilik rumah kontrakan tersebut.
“Jadi, sebelum kejadian ini satu pekan ada koramil dan polisi tanya, tentang bagaimana orang yang mengontrak rumah itu, tanya juga orangnya ada atau tidak,” tuturnya.
Mislan bertambah kaget setelah ada Densus yang datang ke rumah tersebut. Dirinya tidak menduga, penghuni rumah akan terkait dengan perkara hukum.
“Saya kaget dengan kejadian ini. Tapi, sebelumnya ada petugas yang sudah tanya, ternyata ini. Jadi, saya hanya memantau saja,” ujarnya.
Lurah Talun, Imam Harimiadi menambahkan, keseharian penghuni rumah memang tertutup. Selain jarang bergaul dengan tetangga, penghuni rumah juga selalu menutup pintu rumahnya.
“Kalau keseharian kami kurang tahu, sebab pintu tertutup. Pernah ada kegiatan, tapi eksklusif sekali, tidak untuk masyarakat umum, tidak bisa sembarangan masuk,” kata Imam.
Ia mengakui, sebelumnya ada petugas dari TNI dan Polri datang, meminta informasi penghuni rumah dan aktivitas di rumah tersebut. Dirinya juga baru mengerti jika pemilik rumah berurusan dengan aparat.
Tinggalkan Balasan