LIPUTAN15–Cerita haru datang dari seorang anak yang selamat dari Tsunami yang menerjang Pantai Talise Donggala.
Namanya Israel Imanuel Limbara, siswa kelas 2 SD ini adalah korban gempa bermagnitudo 7,4 dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, pada Jumat (28/9/2018).
Diketahui, Israel adalah anak yang viral di media saat berdialog dengan Presiden Jokowi. Waktu itu Jokowi sedang meninjau pencarian korban di Hotel Roa Roa.
Saat gempa yang diikuti gelombang tsunami, Israel sedang bermain mobil-mobilan di anjungan Pantai Talise, Kota Palu.
Israel memiliki saudara kembar perempuan bernama Kim Imanuella Limbara. Kim waktu itu bermain pancingan ikan tidak jauh dari Israel berada.
“Israel dan Kim bersama ayahnya saat gempa dan tsunami sedang permainan di anjungan,” kata Claudya Nichol Singal, salah satu kerabat Israel. Seperti dikutip dari Kompas.com.
Claudya, siswa kelas 9 SMPN 2 Palu yang menemani Israel selama mengungsi. Claudya menceritakan, saat gempa, ayah Israel, Erik Hananiel Limbara langsung memegang erat tangan kedua anaknya.
Dari tengah laut, Erik melihat gulungan ombak hitam disertai suara gemuruh menuju pantai. Gelombang tsunami ini yang kemudian menyapu Pantai Talise, termasuk Israel, Kim dan ayahnya.
Mereka tergulung dan terseret bersama orang dan benda apapun yang ada di pantai. Ketiganya kemudian terdampar di rumah warga jauh dari pantai.
Israel mengalami luka gores di sekujur tubuhnya, sedangkan Kim saudara kembarnya lebih parah, kaki bagian bawahnya tertusuk benda hingga berlubang.
Tapi, duka mendalam mereka adalah kehilangan sang ibu, Feiby Sandra Wagiu. Feiby menjalani takdir yang berbeda. Dia meninggal dunia terseret tsunami.
Sore itu, dia berada di Total X, sebuah hotel yang dikelolanya. Sewaktu guncangan hebat gempa dirasakan Feiby, dia langsung mencari anak dan suaminya. Dia berlari menuju anjungan Pantai Talise.
Sejumlah karyawan berusaha memberi tahu agar Feiby lari menjauh dari pantai. Namun kekhawatiran dan keinginan untuk segera menemukan keluarganya mengalahkan anjuran itu.
Dalam situasi yang kacau, dia sekuat tenaga menuju kedua anak dan suaminya berada. Namun gelombang tsunami lebih dulu sampai padanya. Dia tergulung bersama pekatnya air laut ke daratan.
Feiby meninggal bersama orang-orang yang berada di sekitarnya. Dia ditemukan suaminya, Erik, di bawah sebuah kendaraan dalam kondisi yang mengenaskan bersama puing-puing.
Kedua kembar yang menggemaskan ini ditinggal ibunya selamanya di saat mereka membutuhkan kehadiran sosok ibu.
“Israel dan Kim itu anak yang cerdas dan aktif. Mereka juga periang,” ujar Debby Sumenda, siswa kelas 3 SMA Katolik Palu yang juga dekat dengan keluarga Israel.
Dalam berkomunikasi, Israel dan Kim sehari-hari menggunakan dua bahasa, Indonesia dan Inggris.
“Israel dan Kim juga rajin ke Sekolah Minggu,” kata Claudya.
Kakek Israel dan Kim adalah Pendeta Dr Hans Limbara, pemimpin Gereja Pantekosta di Indonesia Jemaat Pedati Palu.
Pasca -bencana, Israel dan keluarga mengungsi di Perumahan Permata, rumahnya nenek Merry Glow atau yang akrab dipanggil Ci Nio. Di rumah inilah Claudya sering menemaninya, mengipasi agar luka lecetnya tidak dihinggapi lalat.
“Saat tertidur, Israel sering mengigau atau tiba-tiba terbangun. Mungkin di masih teringat kejadian di anjungan,” kata Claudya.
Israel beruntung, setelah bertemu Presiden Jokowi, dia dan keluarganya langsung dibawa ke Makassar bersama neneknya, Lanny Sarongku.
Dari Makassar, mereka terbang ke Bali untuk menjalani perawatan. Salah satu dari pamannya di sana adalah dokter. (end)
Tinggalkan Balasan