LIPUTAN15.COM,MANADO-Perang Rusia dan Ukraina yang sejauh ini belum ada tanda-tanda berakhir dikhawatirkan dapat memicu perang nuklir yang melibatkan negara-negara barat.

Nuclear winter adalah efek yang ditakutkan dari kejadian itu lantaran diprediksi menyebabkan lebih banyak kematian dibanding perang nuklir itu sendiri.

Nuclear winter adalah fenomena yang digambarkan sebagai dampak iklim jangka pendek dan jangka panjang dari perang nuklir. Fenomena ini membuat suhu Bumi turun drastis mencapai titik terdingin sejak zaman es.

Sebuah studi pada 2014 menjelaskan perang nuklir dalam lingkup ‘kecil’ dapat menimbulkan kepulan asap yang menghalangi sinar Matahari ke Bumi. Sinar Matahari yang tidak sampai ke permukaan Bumi akan drastis menurunkan suhu.

Kepulan asap dampak dari perang nuklir diprediksi akan bertahan bertahun-tahun di stratosfer dan membuat suhu Bumi tetap dingin selama lebih dari 25 tahun.

Hal ini dikarenakan inersia termal pendinginan air laut dan pantulan sinar Matahari kembali ke angkasa oleh es laut yang luas.

Dilansir dari Weather, fenomena nuclear winter ini disebut mirip yang terjadi setelah letusan gunung berapi Tambora di Indonesia pada 1815.

Kala itu letusan gunung berapi menyebabkan ‘tahun tanpa musim panas’ di Belahan Bumi Utara pada 1816.

Selama periode tersebut, musim panas di New England bahkan kedatangan embun beku yang mengganggu pertanian di wilayah tersebut.

Kemudian cuaca yang sangat dingin dan basah di wilayah Eropa memicu gagal panen dalam lingkup luas, berujung pada kelaparan dan keruntuhan ekonomi.

Efek musim dingin dari erupsi gunung berapi hanya berlangsung selama satu tahun, sedangkan efek musim dingin dari sebuah perang nuklir dapat berlangsung selama lima hingga sepuluh tahun.

Artinya, perang nuklir yang terjadi bisa membuat satu dekade tanpa musim panas dan lebih dari satu dekade hasil panen terganggu.

Dampak jangka panjang perang nuklir dapat menyebabkan lebih banyak korban jiwa dibandingkan dampak langsung perang nuklir saat konflik terjadi.

Pada Senin (28/2), Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan unit daratnya yang dilengkapi rudal balistik antarbenua berada dalam status siaga tempur. Selain itu, status siaga juga diberikan pada kapal-kapal Rusia dari Armada Utara dan Pasifik.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin juga telah memerintahkan pasukan pencegah nuklir negaranya dalam status siaga ‘khusus’ pada Minggu (27/2).

Baca artikel CNN Indonesia “Efek Nuclear Winter Diprediksi Lebih Menakutkan dari Perang Nuklir” selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20220307100740-199-767621/efek-nuclear-winter-diprediksi-lebih-menakutkan-dari-