LIPUTAN15.COM – Laboraktorium adalah salah satu dari sekian banyak komunitas teater yang melakukan pentas produksi di awal tahun ini. Namun, pementasan kali ini sangat menarik karena berada di tempat yang tidak biasa. Penonton tidak menikmati dengan ruangan yang sejuk dan aktor tidak berada di atas panggung seperti biasa. Rakit dan bebatuan di pinggir pantai menjadi pilihan untuk pementasan kali ini.
“Pentas kali ini dilakukan tidak dalam gedung sebagai sebuah kritik pada pemerintah Sulawesi Utara yang sampai saat ini tidak menyediakan gedung pertunjukan yang layak bagi kami para seniman” Christian, selaku sutradara dalam pertunjukan kali ini.
Pementasan monolog kali ini membawa penonton lebih dekat dengan alam. “Naskah ini diadaptasi dalam bahasa manado agar lebih dekat dengan lingkungan sosial sekitar, juga hadir sebagai bentuk kritik demokrasi sebagai kontrol sosial untuk terciptanya pemerintahan yang bersih dan yang pasti juga seni sebagai bentuk kebebasan berpendapat” Marcelino Silouw, sebagai penulis naskah monolog yg di adaptasi, dari naskah Terdampar terjemahan Kasim Ahmad, Out of Sea Slawomir Mrozek.
Suasana baru yang ditawarkan dalam pementasan kali ini menjadi pengalaman yang unik bagi setiap elemen yang terlibat dalam pertunjukan kali ini. Teman-teman yang terlibat juga berharap agar suara ini sampai ke telinga pemerintah agar adanya gedung pertunjukan yang layak.
Epiphany Pangkey sebagai seorang aktor berhasil mengeksekusi pertunjukan ini dengan tawa namun serius. Seni sebagai sarana kritik, pendidikan, dan hiburan lengkap ditampilkan dalam pertunjukan ini. 3 Februari 2024, pantai reklamasi Malalayang tepatnya di Minanga Divers Manado menjadi saksi dari inovasi teman-teman Laboraktorium
Tinggalkan Balasan