Sangihe, Liputan15.com – Meskipun baru-baru ini pihak kepolisian daerah Sulawesi Utara melakukan peninjauan langsung terhadap aktivitas PETI Escavator di Kampung Bowone dan Binebas, tampaknya hal tersebut tidak membuat pengrusakan alam yang terkait dengan aktivitas tersebut berhenti sama sekali. Hal ini terbukti dengan mobilisasi kembali sejumlah Alat Berat (AlBer) berupa Escavator serta pengiriman semen dalam jumlah besar untuk keperluan PETI.

Pada Sabtu malam, tanggal 30 Maret 2024, setidaknya ada 2 unit Escavator yang sebelumnya terparkir di depan Puskesmas Kampung Salurang dimobilisasi menuju lokasi Entana Mahamu di Kampung Bowone. “Berdasarkan laporan masyarakat, kedua unit Escavator yang sebelumnya terparkir di depan Puskesmas Salurang, kembali dimobilisasi ke lokasi PETI Escavator di Entana Mahamu,” ungkap salah satu aktivis Sangihe Save Island (SSI) Robison Saul.

Sementara itu, dalam unggahan di media sosial Facebook melalui akun Ferry Noel Palandung tanggal 27 Maret 2024, terdapat tulisan dan foto terkait dengan pengiriman 3 truk dump yang membawa semen dalam jumlah besar. Postingan tersebut, yang sempat dibagikan di grup Potensi Pembangunan Sangihe, Nusa Utara 2022-2024, menunjukkan adanya mobilisasi salah satu kebutuhan PETI Escavator dengan tujuan Entana Mahamu.

Meskipun adanya upaya peninjauan dari pihak berwenang, tampaknya aktivitas PETI Escavator dan pengiriman material seperti semen masih terus berlangsung, meningkatkan risiko terhadap kerusakan lingkungan yang lebih lanjut. Upaya edukasi dan penegakan hukum yang lebih tegas mungkin diperlukan untuk mengatasi masalah ini dan melindungi sumber daya alam yang berharga.