LIPUTAN15.COM–Sampai saat ini Papua Nugini masih mencekam karena status darurat. Pemerintah mengumumkan keadaan darurat di provinsi Southern Highlands setelah massa bersenjata mengamuk, membakar sebuah pesawat penumpang dan rumah gubernur setempat.
Perdana Menteri Papua Nugini Peter O’Neill menetapkan status darurat selama sembilan bulan ke depan. Polisi mengatakan, sekelompok orang marah oleh keputusan pengadilan yang membatalkan petisi terhadap pemilihan Gubernur William Powi tahun 2017, yang diduga korupsi.
Mereka membakar rumah Powi dan gedung pengadilan lokal di kota Mendi akhir pekan lalu dan menghancurkan sebuah pesawat milik maskapai nasional di bandara.
Tidak ada yang terluka, dan pihak Niugini Air mengatakan awak pesawat Dash 8 selamat dan telah kembali ke Ibu Kota Port Moresby.
Maskapai penerbangan mengungkapkan bahwa telah melakukan “tinjauan lengkap tentang apa yang terjadi, dan penilaian risiko sesuai dengan persyaratan Otoritas Keselamatan Sipil Penerbangan Papua Nugini”, dengan layanan ke daerah tersebut ditangguhkan.
Gambar di media sosial menunjukkan pesawat turboprop bermesin ganda berapi, dengan badan pesawat terbakar.
Perdana Menteri Peter O’Neill pada Jumat mengumumkan keadaan darurat selama sembilan bulan dan membekukan pemerintah provinsi.
“Keadaan normal sedang dipulihkan di provinsi ini dan hari ini kami ingin meminta maaf kepada Papua Nugini atas peristiwa baru-baru ini yang telah terjadi, terutama karena putus asa,” katanya kepada surat kabar Post Courier dan dikutip lagi dari CNNIndonesia.com, Senin (18/9).
“Tidak ada orang yang berada di atas hukum dan semua yang terlibat harus menghadapi kekuatan penuh hukum dan bertanggung jawab atas kejahatan yang mereka lakukan,” tambahnya dalam sebuah pernyataan seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (18/6).
Thomas Eluh, seorang mantan polisi, diberi kekuatan darurat konstitusional, dengan O’Neill secara pribadi mengawasi operasi pemerintahan provinsi.
Seorang wartawan Radio Selandia Baru di Mendi, Melvin Levongo, mengatakan bahwa polisi kalah jumlah dan tidak dapat menghentikan para perusuh yang dipersenjatai dengan senjata bertenaga tinggi.
“Massa ingin melakukan sesuatu … orang-orang sangat marah terhadap gubernur … dan begitu juga dengan sesuatu untuk mendapatkan perhatian dari pemerintah saat ini,” katanya.
“Dalam sejarah Papua Nugini, tidak ada yang membakar Niugini Air (pesawat) sebelumnya. Itu kebanggaan kami, dan bagi orang-orang di Mendi, itu menyedihkan. Seluruh bangsa tidak senang tentang hal itu.” ungkapnya.
Tinggalkan Balasan