LIPUTAN15.COM – Dewan Pastoral Paroki (DPP) Maria Ratu Damai (MRD) Tomohon audiensi dengan Uskup Manado Mgr Benedictus Rolly Untu, MSC pada Senin(30/5/2022). Rombongan DPP Maria Ratu Damai dipimpin langsung Pastor Paroki Berty Tijow MSC, didampingi jajaran guna matangkan persiapan jelang misa Uskup di MRD
Audiensi yang dilakukan ini untuk memohon kesediaan Bapak Uskup Manado agar berkenan menerimakan Sakramen Krisma bagi para calon Penerima Sakramen Krisma yang dirangkaikan dengan 35 tahun pentahbisan gereja pada Hari Sabtu (4/6/2022) nanti.

Selain Penerimaan Sakramen Krisma ini, Pastor Paroki juga melaporkan kepada Uskup Manado proses persiapan dan rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan pada hari pelaksanaan tersebut.
“Pada tanggal 4 Juni mendatang ini, Gereja Paroki telah berusia 35 tahun sejak tanggal 4 Juni 1987 yang lalu ketika ditahbiskan oleh Duta Besar Vatican untuk Indoneisa, Mgr. Francesco Canalini didampingi oleh Mgr. Theodorus Moors MSC yang kala itu merupakan Uskup Manado serta Uskup Agung Makassar, Mgr. Franciscus van Roessel, C.I.C.M. Untuk itu umat Paroki akan mensyukuri Perayaan 35 tahun Pentahbisan Gereja Paroki ini melalui perayaan syukur yang dirangkaikan dengan Penerimaan Sakramen Krisma bagi 110 calon Krismawan dan Krismawati ini,” ujar Pst Berty.
Sementara itu, Nonny Petrus selaku Sekretaris Dewan Pastoral Paroki ikut menjelaskan perkembangan persiapan pelaksanaan Perayaan 35 Tahun Pentahbisan Gereja ini kepada Uskup Manado.
“ Sejauh ini kami telah melakukan renovasi di sekitar kompleks Gereja sehingga untuk dapat memberikan nuansa baru di kompleks Gereja pada usianya yang ke-35 tahun”, terang Petrus.
Dalam perjalanan panjang Gereja Paroki Maria Ratu Damai ini yang dalam sejarah awalnya merupakan bagian dari Paroki Roh Kudus Tomohon yang kemudian pada Februari 2006, menjadi Paroki mandiri dan definitif juga memiliki kekayaan lain.
Salah satu kekayaan yang dimiliki Paroki ini adalah bagaimana memadukan konsep budaya Minahasa ke dalam Litrugi Gereja yang dilakukan secara konsisten dalam rentang waktu yang tidak pendek untuk mewartakan kasih Allah melalui Inkulturasi Budaya.
Penegasan tentang ini juga terdapat dalam surat apostolik Santo Paus Yohanes Paulus II yang diberi judul “Catechesi Tradendae”.
Dalam Surat Apostolik ini, Santo Paus Yohannes Paulus II mau menegaskan bahwa katekese mendapat bentuk nyata dalam berbagai budaya dan situasi.
Joudy Aray selaku Koordinator Komisi Liturgi Paroki Maria Ratu Damai juga ikut menguraikan kesiapan pelaksaaan Penerimaan Sakramen Krisma dan Perayaan Syukur Pentahbisan 35 Tahun Gereja ini, mengantar gambaran perayaan ekaristi dalam misa Uskup di MRD nanti.
“Dalam Perayaan Syukur nanti, umat dari Wilayah Rohani yang kita bagi ke dalam 6 Unit telah siap terlibat dalam Perayaan ini. Masing-masing Unit akan mengkoloborasi tarian dan gerak dengan lagu yang diiringi oleh musik kolintang. Ke depan, kami berharap agar paroki kami ini bisa menjadi destinasi religi di Kevikepan Tomohon sekaligus sebagai role model bagi sebuah kolaborasi budaya Minahasa dalam Tata Liturgi Gereja. Untuk itu, kami bermohon agar Bapak Uskup berkenan untuk mencanangkan destinasi religi ini nanti,” harap Aray.
Mgr. Benedictus Untu MSC merespon positif rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada Sabtu mendatang dan bersedia untuk berkunjung ke Paroki Maria Ratu Damai guna memberikan Sakramen Krisma serta melihat bagaimana upaya paroki ini dalam mengintegrasikan tradisi Budaya Minahasa dalam perayaan ekaristi.
Selain itu jelang misa uskup di MRD, hal-hal teknis lain juga dalam proses persiapan yang sudah dibagi tanggung jawab pelaksanaannya oleh panitia perayaan.
“Kami telah melakukan banyak persiapan terkait ini termasuk berkoordinasi dengan Legium Christum untuk prosesi pengawalan dan penerimaan Bapa Uskup ketika akan berkunjung nanti. Tentunya yang juga tidak kalah penting adalah penyiapan para calon penerima Krisma nanti,” kata Manuel Aray selaku Ketua Panitia.
Dalam kesempatan tersebut, Bapa Uskup berpesan agar umat bersama Pastor Paroki dan segenap unsur Dewan Pastoral Paroki dapat memikirkan untuk sesuatu yang besar dan dengan cara pandang visioner serta mampu membaca tanda-tanda zaman serta melakukan adaptasi.
“Angkat dan berdayakan umat dengan potensi yang dimiliki menuju MRD sebagai paroki mandiri yang ditopang oleh program strategisnya. Menjadikan MRD sebagai paroki destinasi wisata religi tentu sesuatu yang sangat menarik dan untuk menuju ke sana tentu perlu banyak persiapan sehingga paroki ini dapat menjadi model namun tetap bersahaja. Saya membayangkan bahwa ke depan, umat dari paroki lain di Keuskupan Manado atau mungkin juga dari berbagai paroki di luar Keuskupan Manado bisa berkunjung ke MRD dan menikmati suasana religi yang sangat khas dengan budaya inkulturasi Minahasanya,” pesan Bapa Uskup.
Tinggalkan Balasan